Bye Instagram - Menata Hati dalam Bermedia Sosial

 


Assalamualaikum,

Merasa ada beberapa hal yang 'janggal' dalam diri di akhir tahun ini. Mulai mempertanyakan beberapa hal pada diri, mengapa aku begitu? mengapa aku begini? apa yang aku cari? apa yang aku inginkan? apa yang menjadi prioritas? apa tujuanmu sebenarnya?. Mencoba menarik nafas panjang, kembali menyebut namaNya ketika diri merasa hilang pegangan, kemana saja selama ini? sedang menikmati pernik dunia yang... ah.. hanya setitik saja? sungguh sangat sedikit namun sudah lupa dan kehilangan arah. 

Sudah lupa caranya menulis, dari mana memulai dan bagaimana mengungkapkannya. Jari ini kembali memulai kata perkata mencoba mengungkapkannya, menulis adalah terapi untuk hati dan jiwa ini. Mari mulai dari kegelisahan yang muncul pada diri. Biar aku bertanya pada diriku atas beberapa hal yang mengganjal :

"Mengapa kamu selalu melihat orang lain dan merasa ingin seperti mereka? mengapa kamu menjadi tidak percaya diri dan 'memaksakan' seperti orang lain? agar apa?. Apa tujuanmu untuk bermedia sosial? benarkah untuk berbagi? atau hanya untuk menyombongkan diri?."

"Apakah prioritasmu saat ini? bukankah sudah memilih menjadi seorang ibu yang bekerja di ranah domestik untuk fokus mengurus anak dan suami? lalu seberapa sering melalaikan mereka karena mengupayakan hal yang katanya 'sampingan' itu? Jadi sebenarnya mana yang menjadi prioritasmu? tetapkan dan lakukan sesuai porsinya, jangan salah menempatkan posisinya lagi."

"Ada apa denganmu? berlindunglah pada Allah dari kelalaian atas kewajiban yang diperintahkanNya. Ada apa denganmu? mohon kebersihan hati atas penyakit-penyakit yang singgah dalam hatimu. Ada apa denganmu? kembali mohonlah bimbingan dariNya"

Tidak apa-apa menangis, sangatlah manusiawi. Menangislah selagi bisa, menangislah sebagai tanda kamu akan memulai memperbaiki semuanya. 

Menulis ini sangatlah berat, beberapa kali terhenti karena menangis, beberapa kali berhenti untuk mengusap air mata, beberapa kali berhenti dan memberi jeda lama untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. Belakangan ini aku begitu kehilangan arah, kehilangan kendali atas pikiranku sendiri, kehilangan kendali hati atas nafsuku sendiri. Dimulai dari jarang menulis lagi, karena setiap akan memulai selalu tersendat 'nulis apa ya?' kehilangan ide seketika. Lama-lama fokusku bergeser menjadi ingin sama seperti orang lain dan atau ingin dilihat orang lain. Astagfirtullah... Begitulah jahatnya media sosial. Kegiatan menulis yang biasanya menjadi 'pengingat' cukup lama kutinggalkan. 

Sampai pada akhir tahun ini aku sudah tidak kuat dengan kegelisahan ini, 'ada salah dari diriku'. Tapi mulai dari mana memperbaikinya?. Aku memulainya dengan menulis kembali, menata hati dan perasaan lewat tulisan memang menjadi senjata ampuh bagi diriku. Kini walaupun aku belum tau dengan jelas dari mana aku harus memulai, setidaknya aku sangat lega dan mengakui semua kegelisahan ini. Satu tahapan yang sangat penting dan buatku sangat sulit untuk bisa memulai mengungkapkannya. 

Media Sosial yang Melenakan

Awal memulai aktif dalam media sosial ketika aku memutuskan bekerja dalam ranah domestik, selagi menghalau kejenuhan dan sebuah me time buatku adalah dengan menulis dan aktif di media sosial, saat itu dari instagram. Dari media sosial pula akhirnya aku berkenalan dengan Ibu Profesional, yang mengenalkanku pada dunia blogging, sampai pada micro influencer dan content creator di instagram. Tidak dipungkiri semakin kesini aku semakin tidak enjoy karena selalu melihat insight disetiap postinganku, melihat design grafis feed yang lucu-lucu punya orang lain, tulisan-tulisan mereka dan pada insgigt mereka yang jauh dari milikku. Berulang-ulang terjadi sampai diri sibuk dengan membuat design agar mempercantik feed, memikirkan konten yang menarik banyak orang, memikirkan insight agar naik terus. Namun semua usaha itu kembali membuat aku kecewa dan kecewa karena tidak puas terharap karya sendiri, why? karena melihat rumput tetangga selalu lebih indah. Padahal dibalik itu semua, aku banyak mengorbankan waktu, tenaga, bahkan Nada. huuaaaa... 

Aku jadi lebih sering didepan laptop dibandingkan main sama Nada, aku lebih banyak rebahan sambil scrolling dibandingkan beberes rumah. Aku melalaikan yang wajib dibandingkan yang sunnah. Hatiku terus menegur bahwa aku salah arah, "ayo cepat berhenti! kembali meluruskan niat, kembali pada prioritas, kembali menata hati.".

Sampai pada titik aku menangis sejadi-jadinya dalam tulisan ini, aku ingin istirahat dan kembali menata semuanya menjadi seharusnya, sesuai porsinya. Puasa media sosial sudah ada dibenakku sejak beberapa bulan lalu tapi merasa berat meninggalkannya, namun saat ini aku merasa sangat yakin karena tahu semua berawal dari sini. Bukan, bukan salah media sosialnya namun salah penggunanya tidak mampu mengontrol diri dan hati dan aku harus belajar dulu ini jika ingin kembali kesana. 

Bismillah... Ya Allah aku bertaubah atas segala kelalaian yang aku perbuat, Ya Allah ampuni atas setiap penyakit hati yang menghampiri diri. Ya Allah bantu diri ini untuk memperbaiki semuanya, bantu aku untuk menemukan kembali arah yang benar, porsi dan peran yang sesuai dengan RidhoMu.

bye Instagram, aku ingin istirahat dulu untuk kembali menata hati dan pikiranku, semoga kita bisa berjumpa dengan diriku yang lebih baik dan lebih siap untuk kembali berkarya ditempatmu. :)

Comments