Anak-Anak Berbakti sampai Akhir Hayat. Apa Rahasianya Kek?



Assalamualaikum,

Pagi itu, seperti biasa saya menikmati kesibukan domestik. Mesin sedang menggiling cucian-cucian kotor, saya melihat untuk memastikan airnya cukup untuk setumpuk baju kotor yang sedang digiling. Tatapan saya tak sepenuhnya mengamati cucian, pikiran dan hati saya tak disini. Tak lama saya aktifkan smartphone, muncul banyak message dari whatsapp. Dari sekian banyak massage hanya pesan dari mamah yang saya langsung buka. Saya membaca dengan jantung berdetak lebih kencang. 

“Ayah, ibu harus ke Bandung hari ini”. Saya menghampiri suami dan memperlihatkan pesan dari mamah.

Saya sudah tidak memikirkan tumpukan cucian yang masih menanti untuk dibereskan, suami dengan suka rela melanjutkan mencuci. Saya langsung menyiapkan koper dan memasukan beberapa baju untuk dibawa ke Bandung. Seketika merasakan kesibukan yang beda dengan biasanya.

“Tenang bu, tenang.. pelan-pelan aja”. Suami mengingatkan karena melihat saya panik, melakukan segala sesuatunya terburu-buru dan tidak fokus.

Sudah pukul 10.30, semua sudah beres. Saya dan Nada akan berangkat ke Bandung menggunakan travel dan ayah mengantar kami ke tempat travel. Perut terasa perih, oh saya baru sadar, belum makan apapun sedari pagi. Sambil menunggu travel, suami membelikan beberapa makanan dan cemilan untuk di perjalanan.

Selama di perjalanan, tak tentu saya berdoa dan memikirkan hal tentang Kakek.

[28/2 07:36] My Mom: Salam.Teh saena tth ka bandung wae...da kake ga ada perkembangan malah skrg mah ga ada reaksi pisan ... biasanya klu ditanya bisa geleng2 kepala atau angguk
[28/2 07:38] My Mom: Mmg kata dr penyakit2 berat negatif semua...namun kondisi kakek sangat tidak baik katanya dr masih menganalisa penyakit kakek.
[28/2 07:39] My Mom: Cuma dr sarankan jgn ada yg keluar kota trus kake suruh ditemenin dan diajak ngobrol katanya
[28/2 07:40] My Mom: Mmh jg sdh membatalkan pergi ke lampung tiket yg ke lampung.

Pesan whatsapp mamah yang membuat saya memutuskan untuk berangkat ke Bandung langsung di hari itu. Ini tentang kakek, kakek yang teramat sangat saya sayangi.

Manusia Hanya Bisa Berencana

Sudah membeli tiket kereta ke Bandung jauh-jauh hari. Kami akan ke Bandung di tanggal 7 Maret, suami akan ambil cuti di tanggal 8, sehingga kami akan menikmati waktu bersama keluarga di Bandung selama 4 hari. 
Qodratullah semua harus batal, saya mendadak ke Bandung 1 minggu sebelumnya dari rencana yang sudah dibuat. Semua acara di minggu tersebut saya cancel, termasuk tiket kereta yang sudah dipesan.
Sampai Bandung, semua keluarga sudah berkumpul. Semua bercerita tentang rencana yang mereka buat talak kalah dengan takdir Allah yang sudah ditetapkan. Mamah dan Bapak berencana akan ke Lampung, menghadiri reuni akbar terakhir namun lebih memilih membatalkan keberangkatan. Bibi berencana akan liburan ke Pangandaran bersama keluarganya juga memilih untuk batal berangkat. Om yang memiliki pekerjaan freelance IT memilih membatalkan pekerjaan seminggu kedepan. Emang yang di Bogor memilih mengambil cuti 1 minggu untuk stay di Bandung.
Semua membatalkan kegiatan yang sudah direncanakan TANPA MENYESALINYA. Ya, semua adalah anak, menantu dan cucu kakek. Berkumpul dengan satu tujuan MENEMANI KAKEK, dengan mengesampingkan semua rencana yang dibuat. Masya Allah, saya bertanya dalam hati APA RAHASIA KAKEK? 

Tentang Sakit Kakek

Sudah 6 hari kakek di rawat di RS, belum ada perkembangan. Kondisi kakek sangat lemah, tidak mampu merespon. Sudah segala macam dilakukan dokter untuk mengetahui penyakit yang diderita sehingga bisa segera tertangani. Semua tes hasilnya negatif, dari mulai meningitis, TB paru, jantung. Kakek memang dari dulu memiliki sakit maag namun tidak berat. 

“Bu, semua tes yang dilakukan hasilnya negatif, namun kondisi Bapak terus menurun dan melemah. Ditemani terus saja, nanti kita coba CT Scan”. Dokter menjelaskan kepada Ene yang sedang bermata merah. Sambil mengusap mata, Ene mengangguk tanda mengerti. 

Tidak ada penyakit berat, namun kondisi kakek semakin melemah. Awal masuk RS masih bisa merespon dengan mengangguk atau geleng kepala, kini sama sekali tidak bisa. Ya, semua berfikir bahwa memang karena sudah uzur saja. Kakek berusia 77 tahun saat ini. 
Semua serba cepat, hari Minggu keluarga Bandung berkunjung ke Majalaya, tempat tinggal kakek dan nenek, untuk menjenguk kakek. Sebenarnya berkunjung ke Majalaya rutin dilakukan anak-anak nenek dan kakek secara bergiliran. Namun pada minggu itu, kebetulan kakek sedang sakit. 

“Pa, naon nu karaos?” (Pa, apa yang kerasa?) Tanya bi Anah, putri ke-2 kakek.
“Rieut Nah” (pusing nah) jawab kakek sambil meneteskan air mata.
“Bade di pencetan pa?” (mau dijit in pa?) Bibi menawarkan pijatan ke kakek. 
Kakek mengangguk tanda setuju. 
Saat itu, setiap yang salam kakek meneteskan air mata. Sore nya semua keluarga pulang untuk beraktivitas rutin seninnya. Tak disangka, senin pagi kakek sudah drop, tidak sadar dan langsung dibawa ke RS. 

Bergiliran Menemani Kakek

Kakek dan Nenek memiliki 6 orang anak yang masih ada, 2 orang sudah meninggal. Total kakek nenek memiliki 12 orang anak dengan menantu. Memiliki 11 orang cucu, 1 cicit, dan saya cucu pertama.

Selama 1 minggu kakek dirawat semua anak-menantu dan cucu kakek standby bergantian menemani kakek di RS. Ini salah satu yang membuat saya kagum, Masya Allah kakek begitu dicintai, disayangi oleh semua keluarga. Semua anak, mantu, cucu kakek bekerja sama untuk merawat kakek. Jaga pagi sampai siang siapa, gantian siang sampai sore, ganti lagi malam sampai pagi, begitu seterusnya. Semua anak, menantu dan cucu kakek menemani secara bergiliran, tidak ada yang terlewat, semua menemani (kecuali cucu-cucu yang masih kecil).

Anak, menantu, cucu yang kerja di pagi hari, menunggui kakek di malam hari. Yang tidak bekerja dan memiliki anak kecil, menemani kakek di pagi sampai sore hari. Seperti saya, menemani kakek di siang/sore hari. Sedangkan suami, menemani kakek di malam hari. Dirumah pun harus ada orang dewasa yang standby menemani anak-anak secara bergiliran. Anak, menantu dan cucu kakek terbilang cukup banyak, sehingga tidak ada yang sampai kelelahan, semua kompak bekerja sama bergantian berperan. Masya Allah, saya masih bertanya-tanya dalam hati APA RAHASIA KAKEK?

“Ke, ini teteh Hikmah” saya berbisik ke telinga kakek.
Tidak ada respon yang saya dapat.
“Ke, cepet sembuh ya, Insya Allah kakek sabar dan kuat, pasrah sama Allah”. Sambil mengusap tangan kakek, saya menahan tangis yang sempat tak tertahankan.
Kini kakek hanya mengedipkan mata, tanda ia mendengar ucapan saya. 

Kakek mungkin sudah dikunci semua inderanya, namun tidak dengan batinnya. Kakek masih sadar namun sudah tak mampu merespon. 

Sakit Kakek Sebagai Penggugur Dosa 

Sudah satu minggu kakek di RS, dokter belum juga menemukan penyakit kakek. Hari itu kakek akan melakukan CT Scan, salah satu upaya untuk mencari penyebab kakek sakit dengan kondisi sangat lemah. 

“teh, sayadayana ka RS, Bapa tos teu aya”. Chat Bi Elih (putri ke-4 kakek) di grup keluarga. 

Innalillahi wa innailaihi rojiun, saya bergumam dalam hati. Semua keluarga tidak terlalu shock karena kami sudah mempersiapkan kondisi terburuk, dan lagi kakek benar-benar lemah kondisi sejak satu minggu kebelakang. Namun hati tetap saja lemah, tak mampu membendung air mata yang jatuh ketika melihat jasad kakek terbujur kaku.

Saat itu, semua berbagi peran. Mamah (anak ke-1) dan bi Iat (putri ke-3) yang mengurus segala administrasi RS. Mang Lukman (anak ke-2) dan Mang Iwan (Menantu ke-5) memandikan dan mengurus jenazah. Mang Iman (anak ke-6) berangkat ke Majalaya untuk mengkondisikan rumah dan persiapan pemakaman disana. Om Hari (Menantu ke-4) menjaga anak-anak dirumah. Saya dan kedua adik packing dan mempersiapkan segala sesuatu untuk dibawa ke Majalaya. Bi Elih (anak ke-5) menemani Nenek beres-beres di RS. Bapak (menantu ke-1) menjemput sebagian keluarga untuk berangkat ke Majalaya. Bi Yani (menantu ke-2) dan menjemput sebagian yang lain. Bi Anah (anak ke-3) langsung berangkat ke Majalaya menyusul keluarga lainnya.
Saya semakin bertanya dalam hati, APA RAHASIA memiliki anak-anak yang QURROTA A’YUN (Penyejuk Hati)? 
Mengapa hati ini begitu terharu, begitu merasa takjub dan sangat bersyukur menjadi cucu kakek. Kakek dengan kuat mendidik dengan KETAUHIDAN pada anak dan cucunya. Kakek dengan contoh mengajarkan ikhlas memaafkan dan berbagi pada orang lain. 
Saya masih terus mencari, APA RAHASIA kakek dalam mendidik anak-anak sehingga mampu BERBAKTI sampai AKHIR HAYAT?


Bersambung… 

Comments

Post a Comment