Cerita Kami di Hari Idul Adha 1444 Hijriah

 

Assalamualaikum,

Idul Adha 1444 Hijriah memang sudah lewat beberapa bulan lalu, namun rasanya sayang jika momen ini tidak disimpan ceritanya disini. Merantau di Jakarta membuat kami sering melewatkan momen hari-hari besar di kota domisili ini. Banyaknya kami habiskan pulang kampung ke rumah orangtua di Bandung ataupun ke mertua di Depok. Sehingga selama 7 tahun merantau ini, kami belum pernah solat ied di Ibu Kota, hehe. Bulan-bulan lalu, kami sengaja ingin merewatkan waktu bersama di Jakarta, karena tau momen ini sebentar lagi akan terlewat karena Nada akan sekolah di Bandung sedangkan ayah masih kerja di Jakarta. Kedepannya kami akan jarang memiliki waktu bersama ber-4 seperti ini lagi. Momen idul adha kemarin sangat membekas karena kami perdana shalat ied di Jakarta ber-4. 

Awalnya kami berencana satu hari sebelum idul adha ke Citayam, dirumah Aki Enin, namun Qodratullah ayah bilal harus ke kantor dan pulang malam. Kita kembali merubah rencana, begitulah hidup ya, kita hanya berencana namun Allah yang menentukan semua. Kita menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan husnuzon pada Allah bahwa pilihan rencana-Nya adalah yang terbaik. Kami sempat bertanya tempat solat ied dekat rumah, karena perdana juga kami sholat ied disini. 

Paginya kami telat, wkwk. Karena memang sudah niat bawa anak-anak shalat ied, bangunin dan siap-siapin anak-anaknya juga cukup pakpikpek ya!. Dan pas ke tempat shalat ied dekat rumah, sudah mulai shalat-nya. Akhirnya kami memutar ke Masjid Mercu Buana, berharap masih belum mulai, dan ternyata alhamdulillah masih belum mulai, kami bisa melaksanakan shalat ied disana. 

Shalat Ied Adha di Mesjid Mercu Buana

Aku dan anak-anak bersiap mencari posisi shalat yang nyaman, alhamdulillah masih banyak tempat kosong didalam masjid, walau di lantai bawah tapi tetap ruang berAC jadi adem, hehe. Di lantai bawah juga ada layar tv sehingga kami bisa tetap melihat imam dan khotbah lewat layar tv. Awal shalat, Ara masih ingin digendong ibu, namun sudah rakaar pertama Ara mau turun dan duduk disebelah dengan anteng, alhamdulillah teteh Nada juga mengikuti gerakan shalat dengan baik, Masya Allah. 

Setelah shalat kami mendengarkan khutbah dulu dan Masya Allah khotbahnya bagus sekali bertemakan Cinta. Bapak Prof yang berkhotbah dengan kata dan kalimat yang puitis juga syarat akan makna. Walau lupa tidak mencatat nama prof nya, saya masih ingat sekali isi khotbah beliau.

Cinta Buta

Diawali dengan cerita Laila dan Majnun, bagaimana Majnun yang begitu mencintai Laila namun cintanya ditolak sampai Majnun ini menjadi gila. Lalu masuk bagaimana saat ini para generasi muda kita, para remaja yang jangan sampai tersesat cinta buta apalagi pada manusia. Bapak Prof menyampaikan bahwa Cinta itu sangat baik namun ternyata banyak terjebak dengan nafsu. Karena pda dasarnya Cinta yang sesungguhnya adalah Cinta kepada Allah dan hal-hal yang diridhoi Allah. Sebagaimana nabi Ibrami dan nami Ismail yang karena saking cintanya kepada Allah mau berkorban sesuai perintahNya atas dasar Cinta. Ini lah cinta yang sesungguhnya. 

Lalu, Prof mengajak muhasabah. Bagaimana dengan kita yang mengaku Cinta kepada Allah dan Rasulullah namun enggan berlama-lama dalam shalat dan dzikir. Bukankah orang yang saling mencintai itu saling rindu dan ingin berlama-lama dalam pertemuan?. Benarkah kita cinta Rasul?. Padahal kita jarang mengikuti sunnahnya.

Ah pertanyaan itu seakan menohok sekali ke diri, benar juga.. ah mungkin diri hanya mengaku cinta padahal nyatanya dalam perbuatan tidak mencerminkan cinta. Astagfirullah. Semoga Allah mengampuni kami. Setelah selesai, diakhiri dengan doa penuh haru. 

selama khutbah, anak-anak alhamdulillah anteng, aku bawa beberapa camilan sehingga anak-anak yang belum pada sarapan juga bisa ganjel sedikit, hehe. Setelah selesai kami berfoto didepan masjid, alhamdulillah bisa merasakan shalat ied ber-4 di Jakarta. 

Pulangnya ada tragedi motor susah masuk kunci-nya, akhirnya kami naik grab. Kalau sekarang diingat kembali menjadi lucu dan momen berharga aja gitu. Tapi ketika kejadian saat itu rasanya kesal juuga, hehe. Setelah sampai rumah kami makan dan bersiap ke rumah Aki. Yang rencananya naik kereta jadi naik motor, kembali kami menikmati saat-saat masih bisa naik motor ber-4 karena kalau anak-anak sudah gedean dikit, udah deh gak bisa lagi naik motor ber-4. Gak tau kenapa aku pribadi sangat menikmati saat-saat itu.

Baca juga : Jakarta-Depok pake motor dengan 2 Anak

Qurban Kambing di Hari ke-2

Mendadak hari ke-2 cari kambing dan qurban tahun ini, alhamdulillah. Ini juga atas ijin Allah, qadtratullah Allah kasih jalan untuuk qurban tahun ini. Ketika diingat-ingat kembali bahwa aku pernah menuliskan wishlist bersama di tahun ini bisa qurban, dan alhamdulillah Allah kabulkan. Kami selalu membuat wishlist tahunan, apa-apa saja yang ingin dicapai oleh keluarga kecil kami, satu persatu alhamdulillah Allah kabulkan. Ada beberapa wishlist yang belum tercapai, saat ini kami sedang berjuang dengan kesungguhan dan berdoa tiada putus semoga Allah perkenankan tahun ini wishlist kami terwujud, aamiin.

Saat itu Aki yang sembelih kambingnya, dan sembelihnya langsung di termpat pembelian, sehingga kita tinggal potong dan bungkusin dan bagiin dirumah. Malam-nya kita nyate dirumah wabun (kakak ipar), alhamdulillah. 



Comments