Drama Cari SD (part 2)

Assalamualaikum,
Setelah kegalauan cari sekolah SD untuk Nada. Alhamdulillah atas pertimbangan yang cukup banyak dan diskusi yang kesekian kali bersama suami, akhirnya kami sudah memiliki pilihan sekolah untuk Nada. 

Langsung daftar di 2 minggu lalu karena ternyata Gelombang 1 saja sudah hampir penuh, sisa 11 kouta lagi saja. Jika kouta sudah terpenuhi tentu gelombang 2 dan 3 tidak akan dibuka. Kami memutuskan bersegera daftar karena kalau dinanti-nanti lagi dan kouta penuh akan bingung lagi pilih sekolah. Ya begitulah aku, sebingung itu pilih sekolah untuk Nada. Huh!

Pertimbangan apa saja yang perlu dipikirkan untuk pilih sekolah sudah diceritakan disini. Kali ini karena sudah dapat pilihan sekolah, aku akan cerita tentang proses pendaftaran masuk sekolah sesuai pengalaman kemarin dan cerita unik lainnya.

Pendaftaran Masuk SD

Pendaftaran masuk SD ini khusus sekolah swasta sudah dibuka gelombang 1 sekitaran bulan Oktober-Desember. Banyak kelebihan jika orangtua daftar di gelombang 1 ini, salah satunya sekolah-sekolah memberikan disc lebih besar dibandingkan gelombang selanjutnya. Selain itu, kita sebagai orangtua lebih tenang karena sudah tau anak akan sekolah dimana dan pastinya sekolah yang sesuai dengan keinginan orangtua/anak. 

Oleh karenanya, mempersiapkan anak masuk sekolah ini tidak bisa mepet. Aku merasa masih termasuk mepet dalam mempersiapkan sekolah anak, baik dalam survey sekolah-sekolah juga financialnya. Karena eh karena sekolah anak jaman sekarang itu mahal-mahal.sekali pemirsa. Huhu. 

Terlintas untuk homeschooling?

Semahal-mahalnya sekolah aku tidak pernah berpikir untuk homeschooling Nada karena diriku sungguh belum mampu. Beberapa rekan memilih homeschooling untuk anaknya, dalam hati keren banget, aku benar-benar tepuk 20jari. Karena sungguh aku tidak mampu. Lebih dari finansial, homeschooling akan lebih menguras waktu dan pikiran ibunya, wkwk. Dah lah sekolah formal aja Nada 😁. 

Tentu dengan mempertimbangkan kecocokan visi misi sekolah, dll. Yang perlu dipertimbangkan, ini ada di tulisan part 1 ya. 

Hasil Survey-survey Sekolah

Aku mulai survey sekolah bulan Sempember  dan banyak membuat aku mengaga karena mahal-mahal 😆. Yang bikin aku tambah geleng-geleng, ada sekolah yang membuat dua jenis kelas yaitu kelas reguler dan kelas intensif. Bedanya seperti fasilitas, berAC dan berkipas angin, lalu jumlah siswanya juga yang membedakan, dll. Jelas bayarannyapun berbeda. Entah itu satu gedung atau tidak, membuat perbedaan seperti ini di jenjang SD ngeri gak sih? Bagaimana nanti jarak sosial mereka?. Bukan hanya anak-anaknya tapi juga orangtuanya. 

Persiapan Status Sosial di Sekolah

Yang perlu disiapkan lainnya adalah sosial. Memang tidak terlalu urgent, tapi menurutku ini termasuk penting juga. Apalagi untuk orang yang baperan atau gak enakan atau sosial banget. 

Masalah jemput pakai apa, mobil? Motor?. Alhamdulillah kalau anaknya cuek, kalau sensitif, pengen dianter pakai mobil juga seperti teman-teman lainnya bagaimana?. Mau ikut arisan orangtua murid atau tidak? Kalau ikut harus siap juga budget dan waktu untuk ngumpul di cafe setiap bulan atau paling tidak siapin uang arisan setiap bulan, ya kan. Oia, belum lagi ulang tahun teman anak, harus dipersiapkan juga lho kadonya. Kalau golongan elit mungkin kadonya juga disesuaikan kan ya?. 

Hal-hal seperti ini ikut dipikirkan? Aku sih enga awalnya, karena jujur gak kepikiran hal-hal seperti ini. Etapi baca tulisan kak Icha lalu mikir, iya juga. Hal ini akan ada aja disetiap lingkungan. 

Penting banget untuk punya sikap. Sikap apa yang kita perlukan sebagai orangtua murid baik dengan sesama orangtua, guru atau murid. Aku ingat sekali cerita bu Septi (founder Ibu Profesional) waktu mempersiapkan mendirikan IIP beliau ini sampai bertanya pada tamu yang berlama-lama dirumah untuk sesuatu yang kurang penting, dengan  bertanya. "Jam segini saya harus belajar/mempersiapkan ini, apakah kamu mau ikut belajat bersama saya tidak?". 
Kita yang tahu apa yang baik/tidak untuk diri. Kita sendiri yang tau prioritas dalam hidup kita, sehingga jangan ragu bersikap sesuai prinsip. Namun tetap ingat norma sosial dengan kesopanan dan kesantunan dimanapun apalagi di lingkungan sekolah.
PR juga untuk kita menanamkan jiwa 'punya sikap' pada anak-anak sehingga mereka juga tidak sensitif, minder dan tetap percaya diri diantar jemput pakai motor di sekolah elit (misalnya).

Oia cerita proses pendaftaran dan seleksi Nada masuk SD di tulisan selanjutnya ya 😊

Comments