Assalamualaikum,
Beberapa kasus permasalahan orang dewasa disekitarku, diamati lalu kembali merenungkan bahwa benar mungkin saja ini dari masa kecilnya sehingga membentuk jadi pribadi yang rapuh secara mental. Salah satunya tidak mampu menghadapi permasalahan, bukannya menghadapi atau menyelesaikan, kebanyakan dari mereka malah lari-lari dari masalah dan itu semakin memperburuk keadaan juga memperdalam/meluaskan sebuah masalah.
Tidak mampu mengambil keputusan, takut menghadapi masalah, salah satu dari beberapa problem masalah orang dewasa kebanyakan ini. Dalam sebuah seminar parenting yang aku ikuti, kala itu pembicara ibu Elly Risman mengungkapkan banyak orang dewasa yang memang belum tuntas dengan innerchild nya. Diluar masalah innerchild, aku merasa kita sebagai orang tua dengan tantangan zaman yang semakin luar biasa ini. Penting sekali membuat strategi untuk mengukuhkan mental anak-anak kita.
Dalam istilah parenting/psikologi ada yang namanya AQ (Adversity Quotient) yaitu "Adversity" (tantangan, kesulitan, hambatan maupun emosi), AQ adalah kemampuan untuk bertahan hidup (survive). kemampuan untuk bertahan hidup, kemampuan untuk bersaing dengan tuntutan dunia. Dan skill ini perlu dilatih sejak dini. Bantu anak-anak untuk bisa kuat secara mental dalam menghadapi masa depannya kelak.
Melatih Adversity Quotient
Kemanapun pilihan kita mengajak anak-anak liburan, pastikan tidak hanya happy yang mereka dapatkan.
Ketika anak dihadapkan dengan antrian panjang, bukan balik kanan menghindari antrian atau bahkan menyela. Ajak anak mengantri, ajari anak untuk sabar bahwa mengantri bukan sesuatu yang menyusahkan, dan bukan sesuatu yg harus dihindari tapi harus dijalani. Bantu anak untuk menikmati selama mengantri, bisa dengan mengaknya bernyanyi, bercerita atau apa saja. Bantu kenalkan anak bahwa kita perlu berjuang, bersabar untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.
Tentunya jangan sampai keluar keluhan dari diri kita sendiri sebagai orang tua. Daripada berkata "duh lama ya nak" lebih baik "sebentar lagi sepertinya kita maju lagi nak". Dari pada berkata "padahal kita jangan kesini ya panas dan ngantri juga" lebih baik "alhamdulillah, Allah kasih rezeki kita jalan2 kesni, banyak orang yang mau kesini tapi belum dapet kesempatan kesini, kita sudah dikasih kesempatan kesini, sabar mengantri ya nak"
Pembentukan AQ ini harus berkesinambungan, kita tidak bisa menjamin hidup anak kedepannya akan selalu nyaman.
Jadi kenalkan berjuang, kenalkan bersabar, kenalkan berbagi. Banyak dari orangtua memfasilitasi anak dengan berbagai macam kemudahan, namun ternyata terlalu memberikan kemudahan sama saja menjerumuskan anak dimasa yg akan datang ketika tangan kita tak mampu lagi memberinya kemudahan.
Tentunya kita tak ingin begitu kan? Bantu anak memiliki AQ tinggi sehingga ia mampu survive dengan tantangan zamannya kelak, mampu bersaing dengan berpuluh-puluh juta orang, mampu hidup penuh syukur dan sabar dalam setiap situasi kondisi.
PR kita sebagai orang tua memang banyak sekali ya. Kadang aku berfikir 'mampukah?'. Teringat sebuah momen ketika aku akan berpisah dengan kedua orang tua dan memantau ber3 saja dengan anak dan suami ke Jakarta. Lalu rasa khawatir selalu merajai, 'bisakah aku jauh dari keluarga dan mengurus bayi seharian?'. Lalu ada kata-kata yang menguatkan 'yakin bisa ko, tenang aja teh.. kan ada Allah. Pasti Allah bantu, Allah beri kekuatan'. Dan sampai saat ini kata-kata itu masih aku genggam disetiap apapun yang akan aku hadapi 'tenang.. ada Allah'.
Jika kita ragu dengan kemampuan dan kekuatan kita, maka yakinlah ada Allah yang senantiasa menolong dengan kuasaNya. Selalu minta kemudahan, penjagaan untuk anak-anak kita. Allah bantu kita untuk membimbing anak-anak menjadi anak yang shaleh/shalehah, anak yang bermanfaat bagi sesamanya. Aamiin yra.
Manthaab teh 👍😍
ReplyDeletenice sharing mbaak...
ReplyDeleteTapi pas pertama baca judul, saya malah terpikirnya langsung ke adverstising hahaha
jadi apa nih AQ? Apa kemampuan utk menahan diri terhadap godaan iklan? Ternyata saya salah baca xixixix...