Pengaruh Sosial Media pada Kesehatan Mental



Assalamualaikum,

Hai apa kabarmu hari ini? semoga dalam keadaan sehat selalu ya, baik fisik dan mentalmu. Sudah jadi kewajiban kita untuk menjaga kesehatan yang Allah anugrahkan ini, sangat mahal dan berarti ya. Apalagi jika nikmat ini telah Allah cabut, ketika sakit rasa-rasanya diri sangat menyesal mengapa waktu sehat dulu tidak bisa menjaganya. Tidak sedikit diantara kita yang merasa diri sehat secara fisik, namun ternyata tidak secara mental. Padahal kesehatan mental ini sangat mempengaruhi kesehatan fisik.

Kesehatan Mental Mempengaruhi Kesehatan Fisik

Apakah kamu pernah merasakan cemas ketika akan persentasi didepan umum? atau melaksanakan sidang didepan para dosen?. Bagaimana rasanya saat itu?, apakah jantungmu berdetak lebih cepat?, apakah tanganmu gemetar? atau bahkan kamu sampai pulang pergi ke kamar mandi?. Contoh sederhana, ketika kita merasakan kecemasan ketika akan melakukan sidang atau persentasi gejala psikosomatis terjadi seperti jantung bedekup lebih kencang, tangan gemetar sampai sakit perut, dsb. Hal sesimpel ini sangat mempengaruhi fisik kita, apalagi jika kita mengalami depresi, tertekan atau merasa diri tidak bahagia. Tentu akan sangat berpengaruh pada kesehatan fisik kita juga.

Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental

Benarkah media sosial ini dapat menggangu kesehatan mental diri kita?. Perlu kita ketahui bahwa yang mempengaruhi seseorang itu ada 2 hal, pertama adalah bawaan/genetik yang kedua adalah lingkungan. Tidak dipungkiri bahwa saat ini kita sudah masuk ke era digital, media sosial atau dunia maya sepertinya sudah menjadi bagian dari lingkungan.

Seberapa besar pengaruhnya? 

ya seberapa sering kita berinteraksi dengan media sosial, setiap orang pasti beda-beda. Ada yang tidak memiliki medsos, ya jelas medsos ini tidak akan berpengaruh untuknya. Ada yang tidak pernah bisa lepas dari media sosial, media sosial adalah dunianya. Seberapa intens dan mendalam kita berinteraksi dengan media sosial, sebesar itulah pengaruhnya.

Mengapa media sosial ini berpengaruh pada kesehatan mental?

Media sosial ini lingkungan yang sangat berpengaruh karena sangat mudah diakses. Ketika kita akan berinteraksi dengan lingkungan nyata, kita perlu effort misalnya jalan dulu ke kampus baru melihat dan bertemu orang kan, baru interaksi, jalan dulu ke tempat kerja baru ketemu orang buat interaksi. Nah kalau media sosial ini cuma hitungan detik tanpa perlu effort lebih cuma dalam genggaman kita bisa banyak 'melihat', berinteraksi dengan orang lain dan luas lagi, tidak hanya hanya lingkup tertentu.

Yang kedua, media sosial itu seperti panggung, sedangkan dunia nyata kita ini seperti backstage. Orang atau bahkan diri kita menampilkan sesuatu di panggung ya dengan hal yang layak untuk ditampilkan. Contohnya, kita akan memposting foto terbaik di media sosial setelah kita, kita akan memposting momen terbaik menurut kita di media sosial. Tidak mungkin kita memperlihatkan semua yang ada di backstage bukan?. dan masalahnya tanpa sadar kita membandingkan panggungnya orang lain dengan beckstage nya kita, ya jelas akan berbeda. Kita tadi sudah bahas ya tentang membandingkan ini salah satu faktor yang memang mempengaruhi self esteem.

Kuncinya apa sih agar media sosial ini tidak membawa pengaruh buruk?

Kuncinya adalah self control. Ini kenapa anak-anak usia dibawah umur itu tidak diperkenankan menggunakan media sosial karena mereka belum kuat self control-nya, remaja saja masih dalam pencarian jati diri, belum pada self control. Makanya kita sering lihat ya berita tentang bullying di media sosial yang ternyata dilakukan oleh remaja atau anak-anak dibawah umur, karena mereka belum punya self control. Bahkan kita aja yang sudah dewasa tidak menjamin punya self control yang baik, ketika kita masih ada perasaan iri, insecure dengan postingan orang lain, ketika kita over budget berbelanja online karena tergiur disc padahal tidak butuh misalnya.

Self control ini perlu kita latih, ketika kita tahu bahwa ada yang salah dalam diri lalu healing your self. Contoh : ko kita jadi iri ya liat postingan orang lain, ko kita jadi sering mengeluh dan gak bersyukur ya sama hidup kita, harus aware "oh ada yang salah nih di diriku, oke deh kayaknya alku harus coba pusa media sosial dulu seminggu", misalnya. atau ketika kita sering lost control belanja online, harus aware "kayaknya ada yang salah nih, kayaknya aku harus unfollow beberapa olshop, uninstal aplikasi belanja online, kalau benar-benar butuh baru aku instal lagi", misalnya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Benar, media sosial tidak selalu buruk, nyatanya juga banyak memberikan kemudahan pada hidup kita. Hanya saja perlu self control yang baik dalam diri kita untuk berinteraksi dengan dunia maya. Tentu disetiap situasi kita harus aware terhadap diri. Jika merasa sudah ada yang salah terhadap diri, segera sadari dan lakukan self healing.




Comments

  1. Setuju mba. Media sosial kadang membuat iri hati :D. Tanpa adanya self control td, susah untuk orang tsb merasa bersyukur dengan apa yg dipunya. Bawaan hanya membanding2kan dirinya dengan orang yang dicemburui. Trus jadi lupa Ama kebutuhan di dunia nyata.

    Aku termasuk sering banget eksplore medsos ku. Tapi aku bisa mengontrol apa yg pgn aku liat, dan bagaimana menyikapi. Akun2 gosip, artis, selebgram yg hanya mentingin pamer2, buatku ga penting dan ga ada guna. Males follow yg begitu.

    Makanya aku selektif dlm memilih. Temen yang memposting hal2 bagus selalu, tapi kalo menurutku berguna, itu bakal aku anggab kayak motivasi supaya bisa seperti dia :D. Rugi kalo diiriin :D. Kitanya ga maju2, dianya makin terkenal :)

    ReplyDelete
  2. banyak ya yang bisa membuat mental kita terusik kalau kita gak bisa mengontrolnya. banyak hoax yg kadanag mempengaruhi dan mensugesti diri kita, makanya kontrol diri itu perlu. dan mungkin bagi orang lain bisa mmebuat iri tapi kadang bagi aku bisa jadi inspirasi loh. seperti ada klg waktu pandemi suak bagi2 sembako, itu mmebuat inspirasui bagiku dan aku melakukan hal yang sama setiap bulannya

    ReplyDelete
  3. Jadi kuncinya ada di self-control ya, Mbak.
    Jangan sampai user yang dikendalikan oleh social media, tapi harus bisa filter dan kontrol agar sesuai kebutuhan dan tidak melewati batas.
    Sebenarnya udah banyak ya tools untuk membantu kontrol penggunaan sosmed, seperti timer, filter, follow/unfollow, begitu ya.

    ReplyDelete

Post a Comment