Menggelar Resepsi Pernikahan dengan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi



Assalamualaikum,

Hai, apa kabar teman-teman? semoga sehat selalu ya.. Tak terasa pandemi covid-19 sudah hampir genap satu tahun ya, dari awal tahun 2019 dan sampai penutup tahun ini kita masih menghadapi protokol kesehatan yang ketat. Pandemi ini berfek lumayan besar, selain pada perekonomian juga pada kegiatan yang menyangkut banyak orang. Ya.. kini sekolah dan bekerja bisa dengan virtual, sayangnya inipun mengalami hambatan yang tidak sedikit. Dan lagi, banyak pasangan yang akan melangsungkan pernikahan menjadi menunda, bahkan beberapa teman yang sudah terlanjur DP sana DP sini namun apa daya semua harus di cancel karena tidak memungkinkan untuk melangsungkan hajatan resepsi di masa pandemi ini, saat itu masih dalam masa PPSBB yang ketat, dan sayangnya uang DP tidak bisa kembali, merekapun memutuskan untuk menikah sederhana dengan akad. 

"Rasanya sedih dan kecewa aja gitu, sudah mempersiapkan semuanya, moment pernikahan kan salah satu yang kami nantikan. Datangnya sahabat, kerabat dan teman-teman yang mendoakan juga memeriahkan di acara resepsi jadi kenangan yang ditunggu-tunggu. Tapi sayang.. semuanya harus ikhlas, sabar atas adanya bencana ini, termasuk kami."

Mungkin banyak pasangan yang serupa, tahun ini memang beda dan entah sampai kapan pandemi ini berakhir, semoga segera ya. Kali ini aku akan sharing tentang pengalaman menghadiri salah satu resepsi pernikahan yang benar-benar sesuai untuk masa pandemi ini, protokol kesehatan tetap terjaga namun moment-moment berharga juga tetap kerkenang. Jadi bagaimana?

Beberapa minggu lalu, Bilal (suamiku) mengajak menghadiri sebuah undangan pernikahan teman kantornya, lalu aku kembali ragu untuk mengajak Nada. Bilal menjelaskan bahwa undangan pernikahan temannya ini sudah disusun sedemikian rupa sesuai protokol kesehatan jadi ia sangat yakin bisa mengajak aku dan Nada kesana. "Kenapa ayah bisa yakin?" tanyaku :

Persiapan Pra Resepsi 

  • Undangan secara virtual dengan mengisi gform. Para tamu yang diundang diminta mengisi data Nama, dari lingkunan mana (keluarga, teman kantor, teman sekolah, dsb.) dan perlu mengisi jumlah orang yang akan datang. Bilal mengisi 3 orang (termasuk aku dan Nada). 
  • Jam Kedatangan. Setelah mengisi gform, kita diberikan jadwal kedatangan dan harus tepat di waktu yang disediakan. Saat itu kita kebagian jam 3 sore. Resepsi dimulai dari pagi hingga jam 5 sore, namun dibagi per-kloter para tamu undangannya. 
Setelah mendapat penjelasan dari Bilal, aku setuju kita ikut hadir, sekalian refreshing dan jalan-jalan karena masa pandemi ini kami jarang sekali jalan-jalan apalagi ngemall, hehe. 
hari H tiba, sebelum berangkat jangan lupa siapkan peralatan seperti : Handsanitiser, tisu basah dan masker cadangan.

Situasi Resepsi

Ketika pertama kali datang kami disambut dengan petugas yang mengecek suhu dan menyediakan handsanitiser. Lalu dibagian penerima tamu, kita akan diberi tahu nomor meja, setelah itu kami diminta menunggu sebentar karena resepsi belum dibuka atau sedang dipersiapkan. Sambil menunggu kami foto-foto, mengobrol dengan teman-teman (tapi tetap jaga jarak dan pakai masker ya guys), kalau Nada sih seneng lari-lari karena luar ballroom nya juga cukup luas, pas banget ada temennya (anaknya teman suami) jadi tambah sedeng deh lari-lari bareng, hehe


Setelah ballroom dibuka, kita dipersilahkan masuk dan menuju meja masing-masing (yang sudah ditentukan di penerima tamu tadi). Meja yang disediakan meja bundar dengan 6 bangku yang jaraknya sudah ditetapkan (tidak terlalu dekat). Jadi disana setiap tamu punya bangku masing-masing, tidak ada yang berdiri. Lanjut dengan MC memberi sambutan dan bla bla bla, dan MC meminta tamu undangan dengan meja nomor 1-5 untuk memberi salam kepada pengantin. Meja yang lainnya dipersiapkan untuk menerima hidangan, tentu saja diantarkan, kita hanya perlu duduk manis. Begitu seterusnya, bergiliran sampai meja terakhir selesai bersalaman dengan pengantin. Ets, kita salamannya juga dijarak lho, jadi tidak saling kena, seperti kita salam ke yang bukan muhrim, good pokoknya.. Gak luma salam dengan senyum dan penuh doa kepadapengantin semoga menjadi keluarga sakinnah, mawaddah, warohmah juga barokah, aamiin yra. 

Lanjut, di atas meja sudah disediakan peralatan makan masing-masing dan menu yang akan disediakan, alias yang akan kita santap, terdapat 4 menu plus dessert di akhir. Sistemnya, diberi menu ke-1 lalu kita makan, nyam-nyam lalu habis, nanti akan diambil piring kotornya dan disuguhkan kembali menu ke-2, terus begitu sampai menu ke-4. Mantap sekali kan, kita cuma duduk cantik, gak usah ngantri-ngantri di stand, wkwk.

Oia, foto gimana? well, ada tim foto yang ngider kesetiap meja buat memfoto. Kita tidak perlu berpindah cukup duduk diam dengan senyum manis, cekrek jadi deh difoto, hehe. Nah.. MC akan memanggil untuk kelompok-kelompok besar yang memang harus foto bersama pengantin, seperti teman-teman kantor mempelai atau teman sekolahnya, dan tetap tertib sesuai protokol, masker tidak boleh lolos pokoknya. Tepat jam 5 selesai semua acara dan ballroom kembali dibuka, kita bubar jalan, alhamdulillah. Oia bingkisan ucapan terimakasihnya juga masa pandemi banget lho, masker dan handsanitiser. 

Well, aku merasa resepsi seperti ini patut dicontoh, diterapkan di masa pandemi jika ada yang ingin mengelar hajatan atau resepsi. Walau memang pasti ada konsekuensinya salah satunya pasti akan lebih capek baik dari pengantin atau tim dibelakangnya. Tamu sih enak-enak aja, tapi pola ini sangat menjamu dan menghargai tamu. 



Bagaimanapun kita pasti berharap pandemi ini segera berakhir, kesehatan yang utama saat ini, jangan lupa bersyukur Allah masih memberikan nikmat kita masih bisa bernafas dan menjalani hari. Buat teman-teman yang akan dan baru menikah, Barakallahhulaka wabaroka a'laika wajamma'a humma fi khair.. Sakinnah, mawaddah, warohmah sampai syurga, aamiin yra. 




Comments