Operasi Kuret di Masa Pandemi


 Assalamualaikum,

Melanjutkan cerita tentang abortus spontan yang aku alami di usia kandungan 6 minggu. Tidak pernah menyangka akan merasakan keguguran dan operasi kuret di masa pandemi (lagi), Masya Allah. Qadtratullah semua memang harus aku lewati dan perjalanan ini mengajarkan aku banyak hal. Setelah mendengar perkataan dokter bahwa aku perlu dibersihkan segera karena janin sudah dipastikan tidak tumbuh dan tidak hidup, pikiranku otomatis melayang-layang membayangkan operasi kuret yang sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Dulu, mendengar cerita dari mamah bahwa proses kuret itu sangat menyakitkan. Katanya, mending melahirkan sekalian dibandingkan kuret, saking sakitnya. "Alhamdulillah mamah, nenek, bibi-bibi tidak mengalami, In Syaa Allah teteh juga tidak akan mengalami karena tidak ada keturunan janin lemah". begitu ucapan mamah yang sampai sekarang masih aku ingat selalu, sehingga sebegitu optimisnya aku akhirnya melalaikan diri sendiri dalam penjagaan janin yang masih sangat kecil. Pikiranku melayang-layang membayangkan bagaimana sakitnya nanti, Ya Allah aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini, namun aku kembali harus berfikir logis bahwa ini konsekuensi dari kelalaian diri sendiri, ujian yang pasti bisa aku lewati. Bukankah Allah berkta :

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...." (Q.S. Al-Baqarah : 286)

Baca cerita pengalamanku menalami abortus spontan selengkapnya disini ya : Cerita Keguguran Usia 6 Minggu

Bilal memutuskan untuk meminta surat rujukan ke puskesmas, hari itu juga kami ke puskesmas meminta surat rujukan ke RS untuk proses tindakan kuret. Lanjut mengantar Nada ke Bintaro ke Ambu At (bibiku, adiknya mamah) untuk dititip sementara dan sebentar (pikirku saat itu), namun ternyata prosesnya cukup panjang di masa pandemi ini apalagi untuk tindakan dan rawat inap di RS, Masya Allah kesabaran kami dilatih saat itu.

Setelah mengantar Nada, sorenya kami langsung pergi ke RS rujukan, RS Bhakti Mulya. Kami menunggu untuk di cek dokter Spog nya terlebih dulu, setelah di USG dan wawancara singkat oleh dokter Sofi yang mengatakan hal yang sama seperti dokter Sanusi bahwa harus dilakukan tindakan kuret. Padahal aku berharap bisa pakai obat, tidak usah operasi kuret, namun dua dokter Spog mengatakan hal yang sama, ya sudah memang harus aku terima dan yakin ini yang terbaik, bismillah.

Saat itu dr. Sofi inginnya sekarang saja langsung dilakukan tindakan katanya "hanya sisa sedikit ko", namun sayangnya ruangan rawat inap disana sedang penuh, sehingga diundur untuk tindakan besok sore. Hari itu Bilal booking dulu ruang rawat inap untuk esok hari, dan ternyata aku juga harus melewati prosedur covid-19 sebelum tindakan. Esoknya, hari Sabtu aku datang pagi dan mulai cek semua dari ambil darah lengkap, rongen dan tes rapid. Aku dan Bilal meunggu hasilnya sampai menjelang asar, berharap langsung dapat kamar namun ternyata kembali diuji kesabaran.

Bilal dipanggil dokter IGD yang menyampaikan bahwa hasil rapid-ku reaktif, harus tes swab dulu dan memastikan hasilnya negatif baru bisa tindakan. Dan lagi tes swab-ku dijadwalkan hari senin, karena tes swab hanya bisa di hari kerja. Ya Allah... aku harus menunggu lagi. Kami diberi beberapa pilihan untuk tes swab, untuk hasil yang tercepat tentu dengan biaya yang termahal. 

  • Tes Swab hasil 1-2 hari Rp. 1.600.000
  • Tes Swab hasil 3-4 hari Rp. 900.000
  • Tes Swab menggunakan BPJS hasil 7-8 hari
Tentu harga ini berbeda ya di setiap RS atau klinik kesehatan. Sayangnya kita tidak bisa tes swab mandiri di tempat lain karena jika begitu aku tidak bisa tindakan di RS tersebut. Mau/tidak mau suka/tidak suka aku harus menunggu lagi sampai hasil swab keluar. Bilal sempat menelpon beberapa RS di daerah Jakarta Barat yang lainnya tujuannya agar aku bisa segera tindakan karena pendarahan terus keluar. Namun semua RS yang Bilal hubungi semua harus melalui prosedur pandemi, yaa.. harus kembali tes rapid dan swab. Kami memutuskan melanjutkan proses di RS. Bakhti Mulya saja karena toh semua sama, pindah RS pun kami harus mulai dari awal. 

Setelah menimbang, kami memutuskan untuk menggambil hasil tes swab yang tercepat, 1-2 hari. Alasan terbesar dari hatiku karena Nada, terlalu lama aku menitipkan Nada belum pernah selama ini aku jauh sama Nada, kangen banget. Selain itu tentu masalah waktu, lebih cepat lebih baik. Pendarahanku cepat berhenti, Bilal bisa kembali bekerja dan semua bisa beraktifitas seperti biasa lagi. Senin siang aku langsung swab, bagaimana rasanya? jelas tidak nyaman ya. Diri sambil terus berdoa semoga hasilnya negatif, segera tindakan, segera pulih. 


Petugas mengatakan bahwa hasilnya akan di kabarkan di rabu pagi, kembali aku harus pulang dan menunggu. Selama menunggu dirumah tentu aku tanya sana-sini, baca-baca bagaimana operasi kuret saat ini?, sakit tidak ya?. Dan hampir semua orang yang aku tanya kuret jaman ini tidak sakit karena dibius. Bahkan kakak sepupuku membalas di wa "kuret jaman sekarang mah gak sakit neng, kalau jaman dulu sakitnya sampai ke hati."
Sampai rabu pagi belum ada kabar dari RS, akhirnya kami memutuskan kesana langsung sambil membawa perlengkapan rawat inap. Bilal langsung ke bagian lab untuk meminta hasilnya dan alhamdulillah karunia Allah hasilnya negatif. 


Bilal lanjut urus sana-sini untuk tindakan hari itu. Siangnya aku masuk dan menunggu di IGD dan aku diminta berpuasa sampai selesai tindakan nanti, tidak lama dibawa ke ruang tindakan. Aku menunggu cukup lama disana, selain meunggu dokter Sofi,Spog aku juga menunggu dokter anastesi-nya. Selama menunggu di ruang tindakan, aku mendengar proses ibu yang melahirkan, Masya Allah. dan banyak cerita selama aku pulang-pergi ke RS, aku cerita di tulisan khusus ya :).

Baca selengkapnya di : Serba-serbi Cerita di Rumah Sakit

Jadi, prosedur untuk semua calon pasien tindakan atau rawat inap di Rumah Sakit selama masa pandemi adalah :
  • Cek darah
  • Rongen
  • Tes Rapid. Jika hasilnya nonreaktif bisa langsung tindakan atau proses selanjutnya, jika hasilnya reaktif? ke poin selanjutnya
  • Tes Swab. Sampai bisa dipastikan hasilnya negatif baru bisa tindakan atau proses selanjutnya. Namun jika urgent bisa di rujuk ke RS covid seperti RS Pelni untuk langsung tindakan.
Sekitar pukul setengah 8 malam, dokter sudah datang dan perawat menyiapkan 'posisi'-ku untuk tindakan. Hati sudah tidak karuan namun tetap aku kuatkan dengan terus berdzikir dan mengaji saat menunggu. Dokter anastesi mengatakan bahwa aku harus membuka masker dan kerudung agar tidak sesak sambil menyuntikan biusan, setelahnya aku tidak ingat apa yang terjadi. 

"Bu.. buka matanya pelan-pelan yuk" suara Bilal ada di dalam mimpi dan terus berkata agar aku membuka mata. Entah rasanya sulit sekali aku membuka mata saat itu, tentu efek bius yang masih kentara. Aku berusaha membuka mata pelan-pelan dan Masya Allah pusingnya ditambah mual. Kata Bilal, bicaraku ngelantur kesana-kemari sampai bilang "yah.. beliin es krim buat Nada". Sedikit demi sedikit aku membuka mata dan Bilal membantu untuk belajar duduk, belajar berdiri dan bebersih di kamar mandi. "Yuk bu, bangun biar cepet istirahat di ruangan rawat inap, biar nyaman. Bangun duduk dulu, belajar berdiri jalan pelan-pelan terus kita bebersih udah gitu kita pindah ruangan" kalimat serupa terus Bilal ulang-ulang di telinga saat aku masih setengah sadar.

Alhamdulillah setibanya di ruang rawat inap aku rebahan lebih nyaman, sambil merasakan pusing dan mual yang Masya Allah, efek obat bius. Bilal mulai menyuapi-ku yang sedari siang berpuasa, setelahnya minum obat dan aku kembali tidur. Esok paginya aku sudah jauh lebih baik tanpa pengaruh obat bius, sudah bisa ke kamar mandi sendiri dan sudah nafsu makan. Yang dirasa setelahnya hanya linu-linu di bawah perut, posisi rahim dan pegal punggung sampai kaki, mudah lelah jika terlalu lama berdiri. 

Hari Kamis kami berharap sudh bisa boleh pulang, mamah dan bapak datang dari Bandung, rencananya ingin menjemput, namun sayangnya aku belum boleh pulang, baru boleh pulang besok di hari Jumat. Namun mamah bapak bersyukur katanya sudah bisa lihat teteh, alhamdulillah karena khawatir terus. Sore itu juga mamah bapak pulang lagi ke Bandung, alhamdulillah selamat sehat sampai Bandung lagi. Jumat pagi kami menunggu dokter namun sayangnya dokter Sofi datang sore, dan berkatan "sudah boleh pulang ya. Ibu tidak hamil dulu sampai 3 bulan kedepan ya, rahimnya suruh istirahat dulu". Aku mengangguk dan mengucapkan banyak terimakasih. Bersyukurnya dapat dokter perempuan yang menangani tindakan kuretku. Alhamdulillah, semua sudah ketetapan Allah. Habis Isya kami pulang kerumah, alhamdulillah jauh lebih tenang. Alhamdulillah, makasih Ya Allah.. Barakallah Tabarakallah, semangat jadi pribadi lebih sehat dan lebih baik, In Syaa Allah. 

Thanks to ayah Bilal yang nemenin dari awal sampai pemulihan, yang ngurusin semuanya baik di rumah sakit ataupun dirumah. Sarange :*


Comments

  1. Duh ribet ya mau tindakan di masa pandemi gini. Aku juga sama, mau lahiran harus rapid, ronsen, sama cek darah lengkap. Kebayang ini yg udah ngeluarin darah banyak. Keren perjuangan nya.

    Btw ngakak ih itu yg bilang beliin es krim buat Nada 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya fah.. semangat ya.. In syaa Allah dipermudah lahirannya. Ibu dan vayi sehat selamat, aamiin yra.

      Ini tangan sampai masih biru sisi-sisinya karena ambil darah terus. Huhu

      Wkwk iyaa fah, itu beneran dari alam bawah sadar gak kuat kangen nada wkwk

      Delete
  2. wah, terimakasih mba sharingnya..
    aku juga hari ini rencana mau ke RS untuk kuret.. tadi pagi sudah dpt surat rujukan. Bismillah semoga dimudahkan..

    jadi rapid/swab aja ya mba prosedur awalnya? gak perlu scan thorax yaa? Oh ya.. proses rapid itu dilakukan sehari sebelum rawat inap ya berarti? atau pas kita dtg ke RS langsung rawat inap baru setelahnya di rapid?

    *maaf ya banyak tanya.. hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah.. semangat mba Tya.. In Sya Allah yang terbaik.. sabar tabah yaa..

      Scan torax juga mba nama lainnya rongen yaa tapi setauku sama ko. Jadi rapid, cek darah lengkap sama rongen dl setelah hasil rapid keluar. Kalau hasilnya nonreaktif bisa langsung tindakan dan rawat inap kayaknya. Kalau hasilnya reaktif sudah dipastikan disuruh swab dl, sampai hasil swab keluar negatif baru bisa tindakan dan rawat inap mba.

      Semangat ya mba semoga lancar prosesnnya nanti

      Delete
  3. Operasi kala pandemi ini memang agak ribet ya mbak, tapi alhamdulilah sudah terlewati semua. Semoga lekas pulih kembali ya mbak. Sehat-sehat selalu. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah mba Ranny, semua sudah dilewati. Aamiin yra. makasih mba Ranny. sehat-sehat selalu juga buat mba Ranny sekeluarga yaa..

      Delete
  4. semoga seaht2 selalu dan bisa hamil kembali

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin yra. makasih ya mba Tira.. semoga mba Tira dan keluarga juga sehat-sehat selalu yaa.. aamiin yra.

      Delete

Post a Comment