Cerita Pengalaman Keguguran Usia 6 Minggu dan Hikmah didalamnya

 

Assalamualaikum,

Tak pernah membayangkan aku akan mengalami hal ini, keguguran dan harus dilakukan tindakan operasi kuret. Rasa bahagia karena 1 bulan lepas KB spiral aku telat haid 2 minggu. Ya, kehamilan kedua ini memang direncanakan, merencanakan lepas KB dan program hamil anak ke-2, mulus sesuai rencana, Masya Allah Allah kabulkan rencana kami. Namun ternyata ada duka setelahnya yang tentu tidak kami rencanakan, setelah merenung dan memikirkan semua kejadian demi kejadian ternyata duka ini memang kami yang buat, salah kami.
“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30)
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah.. kesalahan kami ampuni Ya Allah. Ketika tes tespek pagi hari, siangnya aku memutuskan berangkat ke Bandung tanpa kontrol dulu ke dokter kandungan. Saat itu Bapak sedang dirawat sehingga aku tidak berfikir panjang tentang kondisi kandungan. Di Bandung aku banyak aktifitas yang mengharuskan turun naik tangga lalu ke rumah sakit gantian jaga Bapak, naik motor, kesana-kesini tanpa memperdulikan janin yang masih sangat kecil dan rentan itu. 

Kesombongan yang ada dalam diri dan hati ini. Aku merasa diriku kuat, tidak ada keturunan keguguran atau rahim yang lemah, Astagfirullah kesombongan ini yang menyebabkan diri lalai dan datangnya musibah. Aku sudah memberitakan kehamilan kedua ini pada semua keluarga termasuk pada media sosial, padahal belum kontrol ke dokter kandungan untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Lagi-lagi kesombongan dalam diri yang menyebabkan kelalaian dan musibah. Ya Allah ampuni hamba.

Membagikan berita bahagia di media sosial dan banyak yang mendoakan.

Lima hari di Bandung dengan berbagai aktivitas, langsung pulang ke Jakarta masih dengan perasaan 'baik-baik saja'. Aku kontrol ke puskesmas, namun karena janin masih sangat kecil sehingga bidan tidak memeriksa perut. Aku melakukan cek lab, penyuluhan gigi ibu hamil dan konsultasi dokter umum. Dokter mengatakan aku harus USG sebelum usia kandungan 12 minggu, untuk memastikan usia kandungan dan keadaan janin-nya. 

Pertama kali kontrol dan cek lab semua baik.


Aku dan bilal merencanakan hari Sabtu kita akan USG. Namun, Rabu malam aku merasakan sakit dibawah perut, punggung panas juga paha dan kaki pegal-pegal. Saat itu Bilal pulang malam sehingga aku mengatasinya sendiri. Kamis subuh ada bercak darah di celana dalam, tidak banyak hanya sedikit. Otomatis kaget dan langsung membangunkan Bilal, nanya ke mamah dan teteh, katanya kalau sedikit tidak apa-apa.

Alhamdulillah saat itu tidak keluar darah lagi, aku merasa sudah aman. Sambil baca-baca mengapa darah bisa keluar ketika hamil. Qodratullah sore harinya darah keluar lagi dan semakin banyak, seperti darah mens namun bau-nya berbeda dan berwarna merah ati. Akhirnya aku memutuskan memakai menspad untuk mengetahui seberapa banyak darah keluar. Aku menelepon Bilal, saat itu Bilal sedang sibuk sekali di kantor. Aku hanya bisa menenangkan diri dan terus berbaring. Semalaman sampai esok harinya di hari Sabtu darah semakin banyak keluar, malah ada yang gumpalan-gumpalan darah merah ati. 

Sabtu pagi kami langsung ke RS untuk USG. Selama menunggu darah masih terus keluar, dan Masya Allah saat nunggu itu sakitnya mulas, panas punggung paha, kaki pegal banget. Setelah masuk ruang dokter dan menceritakan semuanya, lalu lanjut cek USG dan dokter bilang "Masya Allah, janinnya sudah hancur ini, dipastikan tidak akan berkembang dan tidak hidup". Innalillahi, seketika lemas badan, pikiran berjalan kemana-mana. Seketika tersadar saat Nada menghampiri dan berkata "Bu, dede bayinya ada bu di foto?". "Gak ada sayang, dede bayinya sudah meninggal di dalam". jawabku sambil tersenyum.

Ya Allah sedihnya saat itu, Nada selalu cium-cium perut katanya mau cium dede bayi, Masya Allah. Tapi aku tidak harus berlarut dalam kesedihan sekarang saatnya kembali berjalan dan what next? 

"Harus segera dibersihkan, tindakan kuret" dokter berkata dengan santainya. "Kuret dok?" aku yang masih shock. "Iya, lebih cepat lebih baik:, "Ya Allah.. kapan dok?", "Siang ini saja". "Sakit gak dok", "nanti dibius total ko. tapi harus rawat inap". Seketika kaku dan aku saling bertatapan dengan Bilal. "Kita obrolkan dulu ya dok", kata Bilal "Iya silahkan" jawab dokter. Kita keluar ruang dokter dan berdiskusi panjang lebar. Banyak yang harus dipikirkan terutama Nada bagaimana? harus rawat inap dan masa iya Nada ikut?. 

Selagi Bilal sibuk memutuskan, telepon dan tanya sana sini. Aku langsung mengabarkan orangtua dan keluarga atas berita duka yang In Syaa Allah jalan yang terbaik dari Allah untuk kami semua. Hari itu kami mengantar Nada ke Bintaro ke Ambu At sampai aku beres operasi kuret dan cukup pulih. Aku pikir akan sebentar karena hari ini atau besok akan langsung dilakukan tindakan. Ternyata tidak, kami butuh waktu yang cukup lama untuk tindakan karena harus melewati prosedur di masa pandemi. Ya Allah tidak pernah terpikirkan aku akan mengalami proses kuret yang kata orangtua dulu sakitnya Masya Allah. 

Cerita tentang proses tindakan kuret di masa pandemi ini aku tulis disini ya : Operasi Kuret di Masa Pandemi

Banyak pelajaran yang kami ambil, kata "seharusnya-seharusnya" yang sudah terlambat. "Banyak faktor, bisa jadi kelelahan. Kita merasa kuat dan baik-baik saja namun tidak tau kan janin yang ada di kandungan?, bisa jadi dia tidak atau belum kuat. Sehingga mengapa ibu yang hamil muda disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik, bahkan banyak yang harus bedrest awal hamil ya karena itu tadi". Penjelasan dokter dari pertanyaanku "apa penyebab aku mengalami keguguran?".

Keguguran ini mengajarkan kami (terutama aku) banyak hal. Bilal juga sempat mengkhawatirkan masalah rezeki si anak, ungkapan "ayah udah mau punya anak dua tapi masih gini-gini aja". maksudnya di posisi pekerjaan yang sekarang. Ternyata itu salah satu kesalahan besar yang kami lalukan. Aku dan Bilal sempat mengevaluasi diri bersama dengan kejadian ini. Bukankah Allah yang menjamin rezeki setiap hambaNya, lalu mengapa kami mengkhawatirkan rezeki yang sudah dijaminNya?
"Tidak ada makhluk melatapun yang bergarak diatas muka bumi yang tidak dijamin rezekinya oleh Allah" (Q.S. Hud : 6)
Kesombongan kami dan keraguan kami atas kuasaNya menghadirkan kelalaian dan musibah ini datang kepada kami. Kami bertaubat dan memohon ampun kepadaNya, berjanji akan berusaha memperbaiki diri terus dan terus. Semoga Allah selalu membimbing kami menuju JalanNya, aamiin yra.

“Lailaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin”

Comments

  1. Masya Allah aku terharu bacanya dan mengingatkan aku tentang konsep rejeki. Sempat ada dalam pikiranku juga soal bagaimana membesarkan anak-anak padahal kondisi sedang genting begini. Soalnya aku juga sedang hamil anak ke 3. Untungnya suamiku tuh orangnya selalu ngademin, ngasih semangat juga buatku. Cepat pulih ya mba Hikmah, semoga promil selanjutnya cepat dan lancar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah ka Nurul selamat yaa.. sehat-sehat ibu dan bayinya sampai proses persalinan nanti 💕. Alhamdulillah ya ka punya suami yang 'ngademin' pas mood kita naik turun itu rezeki banget.

      Aamiin yra. Makasih ka Nurul 💕🤗

      Delete
  2. Aku ikut sedih ya mba :(. Semoga nantinya diberikan Allah ganti secepatnya. Berasa ngilu dan sakit baca saat2 keguguran :(. Bukan sesuatu yg diinginkan pastinya untuk stiap ibu yg menanti buah hati. Tapi Allah pasti sudah menggariskan semua. Jadi kita memang harus ikhlas apapun ketentuanNya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah mba rasanya. Tapi In Syaa Allah jadi jalan terbaik mba. Aamiin aamiin yra. Makasih ya mba Fanny sudah mampir kesini. Salam kenal yaa.. 🤗🤗💕

      Delete

Post a Comment