Hujan Deras, Motor Mati, Jalanan Banjir dan Kebaikan yang Mengalir Balik

 Assalamualaikum,

Siang itu mulai gerimis, aku membangunkan Ara untuk bersiap-siap menjemput Nada pulang sekolah. Tepat pukul 12.40  kami bersiap menjemput Nada, "mumpung masih gerimis" pikirku, sampil berbegas memakaikan jaket dan jas hujan pada Ara. Bismillah kami langsung melaju perlahan, namun tidak disangkan hujan langsung deras disertai angin, antara ragu untuk berhenti atau melanjutkan sampai sekolah, akhirnya memutuskan untuk lanjut saja sampai sekolah karena sudah terlanjur basah juga walau menggunakan jas hujan. Sesampainya di Sekolah, hujan mulai mengecil, dan kembali berpikir untuk langsung jalan "mumpung hujannya sudah mengecil". Anak-anak sudah lengkap dengan memakai jas hujan, "Pegangan ya, ibu akan jalan pelan-pelan saja", pesan pada anak-anak agar tetap tenang dan hati-hati. Bismillah kami-pun melaju perlahan..



Namun ternyata hujan turun begitu deras lagi. Pertama kali melihat jalan dikala hujan besar ternyata banyak genangan air, saat itu rasanya ingin segera sampai rumah saja karena anak-anak pasti sudah basah juga. Akhirnya aku putuskan terus melaju perlahan, namun tak di duga ditengah jalan besar saat turunan genangan air cukup tinggi, mencoba tetap tenang di tengah genangan air yang semakin tinggi. Tiba-tiba, motor yang kupakai mati tepat di tengah jalan. Panik rasanya, apalagi anak-anak ikut serta. Aku coba menyalakan berkali-kali, tapi tetap saja tidak hidup. Hati mulai gelisah, “Ya Allah, bagaimana ini?”

Di tengah kebingungan itu, aku putuskan untuk anak-anak turun dan menepi ke tlotoar dulu, aku mendorong motor ke pinggir dan mencari posisi aman agar motor tidak tergenang air. Alhamdulillah, ada  motor Bapak-bapak yang berhenti, langsung  orang, Masya Allah. Pertama seorang bapak berjas kuning yang sudah melaju cukup jauh berhenti dan tidak lama seorang bapak berj-as hujan biru pun berhenti didekat kami, "mati bu motornya?", "iya pak" menjawab sambil kebingungan. Beliau membantu mendorong motor, dan mencoba menyalakannya kembali. Prosesnya tidak mudah, beberapa kali gagal, nyala sebentar lalu mati lagi. 

Aku melihat bapak ber-jas kuning di atas masih melihat kami, dan turun membantu setelah bapak ber-jas hujan biru belum berhasil menyalakan motor. Beliau membantu menghidupkan motor berkali-kali, tidak mudah dan tidak sebentar. Beliau berkata "Sepertinya airnya masuk bu, tunggu dulu saja", alhamdulillah motor nyala namun bapak masih berusaha memanaskan motor supaya tidak kembali mati, sambil beliau berpesan "Bu, kalau hujan deras dan ada genangan air dalam sebaiknya berhenti dulu saja".  "Coba bu naik, sudah bisa sepertinya", beliau membantu anak-anak naik ke motor dan saya melaju dengan perlahan. Sebelum melaju tentu saya bersyukur dan banyak mengucapkan terimakasih pada beliau "terimakasih banyak ya pak, maaf merepotkan". Nada pun mengucapkan hal serupa katanya "terimakasih bapak". Alhamdulillah.. rasanya lega luar biasa. 

Namun perjalanan belum berakhir, hujan nyatanya masih deras, dan aku tidak tau di depan jalan apakah masih ada genangan air lagi? juga kekhawatiran motor mati lagi. Sepanjang jalan aku terus berdoa untuk kebaikan bapak-bapak tadi yang sudah membantu, berdoa keselamatan kami pada Allah. Di gag masuk komplek ternyata antrian mobil cukup padat juga, sehingga kami perlu mengantri dan menunggu, kekhawatiran hanya satu saat itu yaitu takut motor mati lagi. Namun alhamdulillah dengan bantuan Allah, perlindungan-Nya kami bisa melanjutkan perjalanan hingga sampai rumah dengan selamat.

Dalam hati aku sadar, bukan kebetulan bapak itu hadir. Allah yang menggerakkan hatinya untuk menolong. Aku pun merenung, mungkin ini buah dari kebaikan yang pernah ditanam, entah olehku, suami, orang tua, atau bahkan anak-anakku. Kebaikan itu tak pernah hilang, Allah kembalikan dalam bentuk pertolongan di saat kita betul-betul membutuhkannya. Aku ingat sekali minggu lalu, ketika diperjalanan suami tiba-tiba berhenti karena melihat seorang kakek mendorong motornya dengan jalan yang menanjak, membantunya sampai tanjakan itu selesai. "ah mungkin saja karena kebaikan suami menolong saat itu, Allah kembalikan kebaikan suami pada aku dan anak-anak yang sedang kesulitan", atau mungkin kebaikan orang tua, anak-anak, yang kembali pada kami juga. 

Kami segera berbegas membersihkan diri, ganti baju dan minum air hangat. Setelahnya kami berdiskusi "alhamulillah hari ini Allah bantu kita ya tadi", "iya alhamdulillah ada bapak-bapak yang nolongin ya bu" balas Nada. "Betul, alhamdulillah.. siapa ya yang menggerakkan hati bapak-bapak tadi untuk berhenti dan menolong kita?", "Allah..." jawab anak-anak. "Ah betul sekali, itu pertolonngan Allah melalui bapak-bapak tadi".

Peristiwa itu mengingatkanku, kebaikan adalah tabungan. Kadang kita lupa pada kebaikan kecil yang pernah kita lakukan, tapi Allah tidak pernah lupa. Ia kembalikan di waktu yang tepat, sering kali melalui tangan orang lain.

Semoga kita tidak pernah lelah menebar kebaikan, sekecil apa pun itu. Karena siapa tahu, suatu saat kebaikan yang kita tanam akan mengalir balik menjadi jalan pertolongan bagi kita dan keluarga di saat kesulitan. Dan semoga pengalaman kurang menyenangkan ini menjadi pengalaman belajar berharga juga untuk anak-anak, aku meyakini bahwa anak-anak mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari kejadian itu. 


Comments