Anak Butuh Terlibat: Pentingnya Ikut Serta dalam Kegiatan Harian di Rumah

 Assalamualaikum, 

Kegiatan rumah salah satu aspek yang sangat di highloght oleh Montessori, karena ternyata kegiatan rumah ini memiliki manfaat mendasar bagi anak-anak. Hal ini akan membantu aamak belajar dan berkembaang sesuai fitrahnya. Seringkali, kira sebagai orang dewasa yang banyak melarang anak dalam keinginan anak untuk ikut serta dalam kegiatan Harian. Padahal Anak begitu tertarik sekali dengan kegiatan Harian ini. Sayangnya, orang tua dan orang dewasa yang menganggap bahwa anak belum bisa/belum mampu dalam ikut serta karena ternyata kacamata anak-anak dan orang dewasa ini berbeda.

Anak belajar bukan hanya dari apa yang diajarkan secara langsung, tetapi juga dari apa yang mereka lihat dan alami setiap hari. Dalam lingkungan rumah, keterlibatan anak dalam aktivitas sehari-hari, seperti memasak, membersihkan rumah, atau merawat tanaman, bukan sekadar membantu orang tua, tetapi juga bagian penting dari proses pembelajaran mereka. Dengan melibatkan anak dalam tugas-tugas harian, mereka tidak hanya mendapatkan keterampilan praktis, tetapi juga mengembangkan rasa tanggung jawab, kemandirian, dan kepercayaan diri.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang menganggap anak terlalu kecil atau belum mampu untuk ikut serta dalam pekerjaan rumah. Padahal, memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat sesuai dengan usia dan kemampuannya dapat memberikan manfaat besar bagi perkembangan mereka. Kegiatan sederhana seperti menyusun meja makan atau menyapu lantai bisa menjadi momen berharga untuk melatih koordinasi motorik, keterampilan sosial, serta membangun rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengubah pola pikir dan mulai melihat aktivitas harian di rumah sebagai kesempatan emas untuk menumbuhkan keterampilan hidup anak.

Beberapa alasan mengapa orang tua sering melarang atau enggan melibatkan anak dalam pekerjaan rumah:

  • Takut Anak Cedera

Orang tua khawatir anak terluka, misalnya terkena benda tajam saat memasak atau tergelincir saat mengepel lantai.

  • Menganggap Anak Masih Terlalu Kecil

Banyak orang tua berpikir bahwa anak belum cukup umur atau belum mampu melakukan tugas tertentu dengan baik.

  • Merasa Lebih Cepat dan Rapi Jika Dikerjakan Sendiri

Orang tua sering kali merasa bahwa melibatkan anak justru memperlambat pekerjaan atau membuat hasilnya kurang rapi.

  • Takut Rumah Jadi Lebih Berantakan

Anak yang baru belajar sering kali membuat kekacauan, seperti menumpahkan air saat mencoba menuang atau meninggalkan remah-remah saat membantu memasak.

  • Tidak Sabar dalam Membimbing

Mengajarkan anak melakukan pekerjaan rumah membutuhkan kesabaran ekstra, dan tidak semua orang tua memiliki cukup waktu atau energi untuk melakukannya.

  • Menganggap Anak Harus Fokus pada Belajar dan Bermain

Beberapa orang tua lebih memilih anak menggunakan waktu mereka untuk belajar akademik atau bermain daripada melakukan tugas rumah.

  • Takut Anak Merasa Terbebani

Orang tua khawatir jika anak terlalu sering diberi tugas, mereka akan merasa terbebani dan kehilangan waktu untuk menikmati masa kecilnya.

Meskipun alasan-alasan ini bisa dimengerti, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa melibatkan anak dalam pekerjaan rumah bukan berarti membebani mereka, tetapi justru membantu mereka mengembangkan keterampilan hidup yang berharga. 

Mari kita lihat sudut pandang anak mengenai hal ini. Anak-anak secara alami tertarik dengan pekerjaan orang dewasa karena beberapa alasan berikut:

  • Keinginan Meniru Orang Dewasa

Anak-anak belajar melalui observasi dan peniruan. Mereka ingin melakukan apa yang orang dewasa lakukan karena itulah cara mereka memahami dunia.

  • Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Segala sesuatu yang baru dan terlihat menantang menarik perhatian anak. Mereka penasaran dengan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dan ingin mencobanya sendiri.

  • Keinginan untuk Merasa Mandiri

Anak ingin menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu sendiri, seperti orang dewasa, dan merasa bangga saat berhasil melakukannya.

  • Merasa Dihargai dan Dianggap Penting

Ketika diberi kesempatan untuk membantu, anak merasa menjadi bagian dari keluarga dan memiliki peran yang berharga.

  • Dorongan untuk Berkontribusi

Anak secara alami ingin membantu dan merasa berguna. Mereka senang melihat hasil dari pekerjaan mereka dan bagaimana itu bermanfaat bagi orang lain.

Seringkali kita perlu melihat sudut pandang anak dalam melihat kebutuhan anak dan disesuaikan dengan pengasuhan/pendudukan kita pada mereka. Karena menurut Montessori pendidikan dan pengasuhan harus berfokus pada anak sebagai subjeknya. Kita perlu melihat sudut pandang anak dan memahami apa kebutuhan anak, karena hal itu yang perlu kita berikan. Bukan pada apa kebutuhan atau pandangan orang dewasa.

Manfaat Anak Terlibat dalam Kegiatan di Rumah

Berikut beberapa alasan mengapa anak perlu terlibat dalam kegiatan harian di rumah:

1. Mengembangkan Kemandirian

Dengan ikut serta dalam tugas rumah, anak belajar menyelesaikan pekerjaan sendiri dan tidak selalu bergantung pada orang tua.

2. Membangun Rasa Tanggung Jawab

Anak memahami bahwa mereka memiliki peran dalam keluarga dan bertanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggalnya.

3. Meningkatkan Kepercayaan Diri

Ketika anak berhasil menyelesaikan tugas, sekecil apa pun, mereka merasa bangga dan percaya pada kemampuan mereka sendiri.

4. Melatih Kemampuan Motorik

Kegiatan seperti menyapu, menuang air, atau melipat pakaian membantu mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar.

5. Menanamkan Kebiasaan Hidup Bersih dan Teratur

Anak yang terbiasa terlibat dalam menjaga kebersihan rumah akan lebih menghargai kerapihan dan keteraturan dalam kehidupannya.

6. Mengajarkan Kerja Sama dan Empati

Dengan berbagi tugas rumah, anak belajar bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran dan penting untuk saling membantu.

7. Memupuk Kedisiplinan

Rutinitas dalam mengerjakan tugas harian membantu anak belajar mengatur waktu dan mengikuti aturan yang telah disepakati.

8. Menjadi Sarana Pembelajaran Nyata

Kegiatan sehari-hari bisa menjadi kesempatan belajar, seperti menghitung saat menakar bahan masakan atau memahami konsep sebab-akibat saat membersihkan sesuatu.

Pandangan montessori bahwa tujuan dalam kegiataan sehari-hari dirumah ini berbeda. Bagi orang dewasa pekerjaan ini tujuannya menjadi selelsai/rapi/bersih namun berbeda dengan anak. Anak Merasa tujuan dalam kegiatan ini adalah membantu mereka belajar, membangun konstruksi diri mereka. Sehingga anak-anak belum memiliki tujuan untuk menjadikan rumah selesai/rapi atau bersih. Karena kemampuan anak-pun belum sampai tahapan itu. 

Sehingga sepatutnya orang dewasa melihat sudut pandang anak dalam hal ini. Dengan melibatkan anak dalam aktivitas rumah tangga, mereka tidak hanya membantu, tetapi juga mendapatkan banyak manfaat yang mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh.


Comments

  1. Setuju banget sama delapan point-pointnya tentang pentingnya anak-anak untuk terlibat dalam pekerjaan rumah. Selain melatih kemandirian, anak-anak juga belajar untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakannya dan meningkatkan inisiatif saat melihat orang lain bekerja. Cuma ya kadang-kadang ketika meminta bantuan anak-anak untuk terlibat, orang tua harus benar-benar sabar dan memperhatikan juga sih. Kiranya pekerjaan yang urgent untuk dikerjakan dan diselesaikan, sebisa mungkin porsinya diberikan lebih sedikit kepada anak-anak. In case beberapa kasus tuh, beberapa orang tua jadi lebih sering marah saat pekerjaan itu kurang sesuai dengan hasil yang diharapkan orang tua dan amarah orang tua malah bikin anak-anak malah enggan terlibat. :(

    ReplyDelete
  2. Agree mba. Mengajarkan anak2 beberapa pekerjaan rumah, malah membantu mereka utk terbiasa rapi dari kecil. Kalau malah dilibatkan saat mereka udah gedean, yg ada susah sih. Malah kadang ga mau samasekali, Krn merasa toh ada yg bantu.

    Aku juga biasanya anak2 utk selalu beresin mainan mereka sehabis main. Semakin meningkat usia, tugasnya juga makin bertambah. Yg penting mereka sadar, kalo pekerjaan rumah adalah tugas bersama, bukan hanya orangtua atau pembantu rumah yg beresin. Nanti kalau mereka sudah tinggal terpisah, akan terbiasa juga utk rapi di manapun

    ReplyDelete
  3. Aku setuju dengan yang mba sampaikan. Anak tuh jangan terlalu dilarang-larang karena kan sebenanrnya itu akan menjadi pembentuk karakternya. Sama seperti anak ku yang kalau lagi sama aku, pasti akan aku biarin dia main di luar ruangan meskipun agak panas ya tapi kalau sama bapaknya agak kurang suka malah. Beda lagi kalau lagi sama omanya, beda lagi perlakuannya. Jadi aku sama suamipun sepakat ya udah kita liatin aja dulu dia kayak gimana, kalau gak nyaman dia pasti udahan kok dan terbukti itu ke anakku. Jadi sekarang kita bebasin dia dan masih dalam pantauan kita dari jarak yang cukup.

    ReplyDelete
  4. Betul sih. Anak harus diajarkan kegiatan rumah sehari-hari sejak dini. Biar mereka belajar tanggung jawab juga. Tapi tentu saja praktiknya tidak semudah teori. Bener kalau dibilang butuh kesabaran ekstra. Selain sabar mengajari juga sabar dengan hasilnya yang belum sempurna. Kadang malah terkesan harus kerja dua kali karena kita harus mengoreksi kerjaan anak yang kurang. Ya, disitulah prosesnya.

    ReplyDelete
  5. Aku salah satu ortu yang udah nyuruh2 anakku beresin kamar, nyuci piringnya sendiri abis makan, udah bisa masak beberapa masakan simple kek goreng2 telur atau apa gitu, mereka juga udah mulai bantuin aku jemur baju, jadi sekarang beberapa kerjaan udah aku delegasikan ke anak2, walaupun mereka masih SD =))
    Tapi pas ortuku datang ke rumah atau kami mudik, ibuku liat anakku nyuci aja kek "sini mbah aja yang nyuciin" hadeeehh. Emang beda sih didikan boomers dan milenial. Keknya emak2 milenial udah mulai gak ragu ngajarin anak basic life skill. Jujurly aku pun ngebiasain anak2ku melakukan semua itu karena emang pengen saat usia lulus SMA mereka udah siap dan gak gagap kalau harus keluar rumah, misal ngekos krn sekolah gitu.
    Walaupun saat ini masih ada berantakan2nya gak masalah, kita bantu benahi dan kasi tahu di mana letak kelirunya, anak2 juga akan paham kok. Lebih baik mereka repot belajar sekarang daripada gedenya jadi beban org lain krn gak bisa ngapa2in.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hats off!
      pokoke aku takjub bangett dgn parenting style April Hamsa🔥😆
      dan yeahhh seperti di artikel ini, anak2 yg dilibatkan sejak kecil, karakter mereka lebih mandiri, peduli, empati tinggi.

      keren bangettt🔥😆

      Delete
  6. Suka banget dengan tulisan ini. Hal yang semakin dijauhkan dari proses bertumbuh kembang anak. Alih-alih karena sayang sebagai dalih, sedangkan sejatinya hidup memberi ruang proses itu dalam keseharian itu, pembelajaran yang paling mendalam.

    Tidak Sabar dalam Membimbing, kalimat ini aku sangat setuju. Selama menilik tentang berkehidupan. Kadang Orang tua sekarang kurang sabar, contoh kecil saja ketika saat menyuapi makanan. Lebih memilih memberi anak-anak tontonan, sedangkan yang lebih tepat untuk proses mental, adalah saat itu bagian bagaimana anak perlu mengunyah dengan benar, merasakan dengan benar, tidak fokus ke tontonan, dalam mengunyah diajak orang tua atau yang memberi makan bicara hal-hal baik.

    Proses itu semakin hilang dan masih banyak lagi yang perlu dibenahi menurutku. Dikembalikan lagi prosesnya.

    Melibatkan anak dalam mengatur keseharian itu memang satu cara terbaik membekali anak-anak dalam menghadapi hidup.
    Jadi ingat, aku sedih melihat anak udah SMP tapi saat minta buang sampah rumah, jawabannya. Tidak tahu. Hik

    Semoga semakin banyak orang tua menyadari, mendidik anak bukan soal mudah tetapi lebih baik sulit awal dari pada akhirnya mereka di usia yang perlu mengolah hidup tetapi menghadapi diri sendiri dengan mental lemah.

    ReplyDelete
  7. Tulisan ini relate banget, apalagi poin tentang orang tua yang merasa lebih cepat kalau dikerjain sendiri. Jujur, aku pun kadang masih suka gitu, apalagi kalau udah mepet. Padahal, memang butuh kesabaran ekstra buat ngajarin anak, ya. Tapi setelah dibaca lagi, jadi mikir, memang penting banget sih melibatkan mereka dari kecil. Biar mereka ngerasa punya peran, terus juga jadi terbiasa.

    ReplyDelete
  8. Betul banget, Kak Hikmah. Anak tidak boleh dibiasakan mager di rumah, main game dan nyuruh-nyuruh ART. Tapi dia juga harus dibiasakan ikut merapikan dan membersihkan rumah. Salah satu fungsinya adalah memupuk rasa tanggung jawab.

    ReplyDelete
  9. Daku juga adakalanya begitu, masih menganggap ponakan masih kecil aja terus, padahal. Kenyataannya udah pada gedean hehe. Sampai ada yang tingginya lebih dari daku huhu..
    Alhamdulillah, mereka kerap daku libatkan, misalnya bantuin bebenah rumah, nyuci piring.. Eh tapi ini buat belajar dia sih, bukan ngerjain ponakan hahah

    ReplyDelete
  10. Setuju banget kalau anak alangkah baiknya diajak terlibat langsung dalam kegiatan di rumah. Dulu aku diajarin sama mama, secara bertahap gitu ngerjain kerjaan bareng dan pelan-pelan dapat bagi tugas.

    Misal sehari pas libur sekolah, kasih makan ikan di aquarium, nyapu halaman rumah, belajar cuci piring bekas makan sendiri. Kalau sudah dibiasakan perlahan, anak akan lebih care, bisa belajar bagi waktu dan bener motoriknya lebih terasah secara optimal.

    Apalagi misal mamanya baking kue, mestilah anaknya terlibat juga. Sehingga familiar sama alat-alat elektronik dan bisa sama-sama merawat semua alat yang ada di rumah. Kebayang sih seru banget bisa ngajakin anak selalu terlibat di kegiatan harian.

    ReplyDelete
  11. Setuju banget Bun. melibatkan anak dalam tugas rumah bukan cuma tentang “membantu”, tapi tentang membentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, dan kepercayaan diri. Satu hal yang menarik, kadang orang tua merasa lebih cepat kalau mengerjakannya sendiri, padahal dengan sabar membimbing, hasil tak sempurna pun bisa jadi pelajaran berharga bagi anak.

    ReplyDelete
  12. Bener banget, anak harus dilibatkan dalam pekerjaan di rumah. Dan iya harus dibiasakan dari kecil, untuk memupuk kemandirian dan rasa tanggung jawab nya. Soalnya anak kecil itu sejatinya memang suka keteraturan ya, dan mereka juga sangat suka dilibatkan (berhubungan juga sama rasa ingin taunya yang besar).

    ReplyDelete
  13. Kalau saya ajakin anak-anak ikut beberes rumah sambil bercerita bahwa dulu ibunya suka bantu-bantu neneknya masak, nyetrika, bersih-bersih rumah. Jadi saya temenin dia bekerja. Pelan-pelan beri dia tanggung jawab untuk membereskan kamarnya sendiri. Kebersihan kamar adalah tanggung jawabnya. Sesekali kasih reward untuk disiplinnya ikut serta menjaga kebersihan rumah.

    ReplyDelete
  14. Betul sekali ini. Masih banyak justru orang tua yang melarang saat anak ingin ikut serta dalam suatu aktivitas di rumah. Misalnya ingin ikut membantu memasak di dapur. Karena banyak pertimbangan seperti poin-poin di atas. Padahal anak bisa diberikan tugas sesuai kemampuannya. Misalnya bantu ambil sesuatu dulu. petik sayur atau menuangkan tepung ke adonan. Awalnya belum benar mengerjakan, tapi justru dari sini ada proses belajar anak. Next anak jadi bisa dan akan bisa melakukan hal yang lebih sulit lagi saat membantu di dapur

    ReplyDelete
  15. Iya anak harus dilibatkan dalam kegiatan harian di rumah
    Selain bisa meningkatkan bonding , juga menjadi sarana pembelajaran anak dalam mempelajari keterampilan hidup ya

    ReplyDelete
  16. Momen anak-anak penuh rasa penasaran yang tinggi ini bikin orangtua kudu lebih sabar yaa..
    Sabar dengan candaannya, sabar dengan permintaannya, sabar untuk menjelaskan dan yang pasti.. sabar sama berantakannya.
    Hihihi.. ikut senang kalau orangtua mau menemani masa-masa ini. Karena anak yang exploring biasanya tumbuh jadi anak yang cerdas,

    ReplyDelete
  17. Sepakat pakai banget ini mbak. Anak harus dilibatkan sejak dini untuk urusan rumah tangga, setidaknya itu life skill saat mereka dewasa kelak.
    Orang tua tidak selamanya dapat mendampingi anak. Oleh karena itu kami kerap melibatkan mereka, tentunya secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Kami pun dididik hal yang sama oleh ortu kami dan saat dewasa kami tidak canggung untuk melakukannya

    ReplyDelete
  18. Iya kadang ortu nggak tega atau mikirnya anak malah bikin makin berantakan padahal anak-anak penting banget menguasai pekerjaan rumah untuk meningkatkan kemandirian dan mengasah skillnya juga.. anak-anak daku harus lebih disiplin nih nantik pekerjaan rumah.. akhir-akhir ini jarang karena sekolah mereka padat..

    ReplyDelete

Post a Comment