4 Tips Menata Mainan Agar Mudah Merapikan dan Mendorong Kemandirian juga Tanggungjawab pada Anak

Assalamualaikum, 

"Bu, mainan yang mancing ikan kemana ya bu ikan-ikannya?"

"Bu, kalau kuda poni yang kecil punya Nada dimana ya?"

Jawabanku selalu "ya di box mainan mungkin nak, coba cari" tidak lama kemudian 'Bbrraaaannnggg', suara mainan yang ditumpahkan semua dalam box mainan hanya karena ingin mencari mainan tertentu. Huh, lelah membereskan semua kembali, baik aku apalagi Nada. Jadi sebelumnya memang metode penyimpangan mainan dengan hanya memasukan mainan dalam box besar. Baik itu mainan yang besar-besar sampai printilan mainan yang kecil-kecil. Selama ini memang selalu mengajarkan Nada untuk membereskan mainan sendiri namun gagal juga karena mungkin ya lelah mainan terlalu banyak yang mesti dibereskan padahal dia hanya main mainan tertentu saja. Lama-kelamaan jadi malas main mainannya karena lelah mencari mainannya, "yang ini pasangannya mana ya?, kaki barbie kemana ya?" yang ujung-ujungnya kembali harus 'mengamburadulkan' isi box mainan. Lelah bebs, wkwk.

Aku mengevaluasi sepertinya memang metode penyimpanan mainan anak ini harus dibenahi, agar lebih terorganisir dan membantu anak juga untuk mandiri dan bertanggungjawab dalam membereskan dan kepemilikan mainannya. Sudah coba cari informasi dari sharing ibu-ibu lainnya di website atau youtube, lalu aku menyesuaikan dengan yang aku miliki dirumah. 

Well, banyaknya memang ibu-ibu lain memiliki lemari khusus seperti metode montesori atau stronger box untuk menyimpan mainan anak. Namun karena aku belum memiliki lemari khusus juga keterbatasan ruang, dan tidak mau menggunakan box lagi karena akan pusing semua mainan dimasukan kedalamnya, wkwk. Akhirnya aku memanfaatkan lemari buku yang masih ada ruang untuk tempat penyimpangan. Berikut tahapan merapikan mainan yang aku ubah :

1. Decluttering 

Mengumpulkan semua mainan yang Nada miliki dan mulai memilah mana yang memang sudah hilang bagiannya sehingga tidak bisa dimainkan kembali ataupun yang masih bisa dimainkan. Dari sini saja aku banyak mendapat mainan yang berakhir jadi 'sampah' karena tidak dapat dimainakan lagi atau bagiannya sudah banyak yang hilang bahkan tidak tahu bagian dari mainan yang mana. Ini memang banyaknya mainan yang kecil-kecil gitu dari hasik jajan mainan diwarung yang buatku tidak worth it untuk dibeli. Salah satu penyebabnya karena Nada sering lihat teman-temannya jajan mainan di warung, yang harganya memang sangat murah hanya 500, atau 1000, tapi ya itu tidak sampai berapa hari berakhir jadi sampah. 

Penjelasan kepada anak sangat penting disini, ketika Nada ingin ikut-ikutan teman-temannya membeli mainan di warung, aku pikir membolehkannya 2x untuk aku jadikan bahan pelajaran dan penjelasan pada Nada. setelah 2x membolehkan dan diberi bukti langsung dan nyata bahwa mainan-mainan ini sangat tidak worth it untuk dibeli, tentu dengan penjelasan simpel dan kongkrit yang mudah dipahami anak. Akhirnya sekarang Nada tidak kembali ikut-ikutan ketika teman-temannya jajan mainan diwarung.

Sebelumnya juga aku sudah membahas di instagram story tentang memilih mainan untuk anak yang intinya aku termasuk ibu yang memilih mainan untuk anak. Tidak asal membelikan sesuai dengan keinginanya, melainkan perlu diarahkan mainan seperti apa yang baik dan bermanfaat untuk dirinya. 

Oia, sebelum mengubah cara menyimpan mainan ini aku juga mengkomunikasikannya dengan Nada, sehingga ketika hari H tiba, aku ikut sertakan Nada dalam proses bebenah mainannya sendiri. Aku juga aktif bertanya tentang mainan mana yang sudah tidak ingin dimainkan. Termasuk mainan yang menjadi sampah, sebelum dipisahkan aku selalu tanyakan, mengkonfirmasi "apakah ini masih bisa dimainkan?". "Kalau tidak bisa dimainkan, tidak bermanfaat lagi dibuang saja ya".

2. Organizing

Setelah decluttering, saatnya organizing. Mengelompokkan mainan sesuai dengan kelompoknya. Ini juga cukup lama karena seperti puzzle yang bersatu, kita harus mencari kelompok dari potongan puzzle ini dsb. Selain itu aku juga langsung sediakan tempat untuk menyimpan setelah dikelompokkan. Karena aku memang belum memiliki box-box kecil untuk menyimpan, ya memanfaatkan yang ada seperti plastik zipper atau plastik bening biasa untuk menyimpan bola warna warni, buah-buahan, dll. Untuk potongan puzzle aku manfaatkan wadah bekas bening yang ada dirumah. 



3. Menyimpan di Rak

Setelahnya menyimpan di rak dengan metode mainan yang masih sering dimainkan disimpan dibawah sehingga mudah diakses Nada untuk memainkan dan membereskannya kembali. Dan untuk mainan yang sudah tidak dimainkan lagi seperti teether, kerincing dan mainan-mainan bekas Nada bayi dulu aku simpan di atas. Penimpannannya senga terbuka (tidak pakai box lagi), mengacu pada metode penyimpanan montessori sehingga anak dapat mengambil dan menyimpan kembali kebutuhan mainnya. Ini sangat membantu dalam melatih kemandirikan dan rasa tanggungjawab pada anak. 



4. Libatkan Anak

Selalu libatkan anak dalam upaya proses pembelajaran dan kebiasaan baik, termasuk dalam menata dan merapikan mainanya sendiri. Jangan lupa sounding dan ajak ia berdiskusi, contohnya seperti yang dijelaskan di atas ketika akan memulai bebenah sepakati waktu bersama anak, ketika proses decluttering juga komunikasihan dan konfirmasi mainan yang masih ia mainkan atau sudah tidak berfungsi harus diapakan?. Bantu anak berfikir kritis dan hargai pendapatnya. Dalam proses organizing dan penyimpanan rak juga ikut sertakan anak dengan memberinya tugas yang ia mampu, misalnya memasukan potongan puzzle ke wadah yang sudah disediakan, dsb.

Hasil

Setelah kulang lebih 3 minggu, aku sangat bersyukur karena metode ini berhasil membuat Nada lebih enjoy memainkan dan membereskan kembali mainannya. Akupun lebih senang karena rumah tetap kondusif dengan aturan :

Ambil satu jenis mainan dan membereskannya kembali sebelum ambil mainan yang lain. 

Tentu ini dengan terus sounding dan proses yang tidak bisa instan ya. Yang terpenting memang kita harus terus berupaya memfasilitasi anak-anak mencapai tugas kemandiriannya dan rasa tanggungjawab termasuk dalam hal bermain.

Kalau dirumah bunda gimana? apakah punya pengalaman yang sama atau berbeda? boleh sharing di kolom komen ya. Semoga tulisan ini bermanfaat ya :).

Comments

  1. Siiip kereen 👍skrg nada bisa mandiri mengambil mainan sendiri dan disimpan kembali di tempatnya ...🤩😘

    ReplyDelete
  2. memang betul ya. dulu aku punay satu lemari khusus mainan anak. setelah anak besar aku kasih2kan teman2 yang punya anak kecil

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau anak-anak sudah besar sudah gak pusing sama rumah yang berantakan sama mainan ya mba, hehe

      Delete
  3. Setelah baca ini, aku malah lgs Inget pojok ruangan yg mana mainan anak2ku juga berantakan dan numpuk -_- . Udh lama sbnrny niat mau bersihin mba, Krn aku yakiiiiin bgt itu isinya pasti LBH banyak sampah drpd yg masih bisa digunain. Apalagi mereka ini udh mulai gede. Banyak makanannya yg sbnrnya udh ga kepake.

    Kayaknya hrs pasang target utk bisa ngerapihin maianan2 mereka. :). Malah bikin banyak nyamuk kalo numpuk gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba, setelah di bongkar pasti deh banyak sampah nya, alias gak bisa digunakan lagi. semangat mba!!

      Delete
  4. aku masih belum bisa nih, mbak ngerapiin mainan anakku. kemarin sempat disimpan per kategori eh diberantakin lagi sama anaknya. mana mainan kecampur semua lagi. huhu

    ReplyDelete

Post a Comment