5 Prinsip Dasar dalam Hidup Minimalis

Assalamualaikum, 

Memulai hidup minimalis memang tidak mudah, terkadang aku-pun masih sering terbawa nafsu keinginan, ini biasanya terjadi karena faktor sosial. Namun, syukurnya semenjak tahu dan belajar konsep-konsep tentang minimalis, aku lebih mampu menyeleksi sebelum memutuskan. Ya kata lainnya, lebih mempertimbangkan 'nilai' atas keinginan diri. Bisa dibilang aku masih memulai dasar dalam mindset dan sikap terhadap sesuatu, belum pada zero waste, dsb. Pelan-pelan aja, aku yakin memperkuat konsep atau prinsip itu sangat penting untuk memilih suatu hal dan untuk konsisten dalam hal tersebut. Kurang lebih setahun ini fokus pada belajar sebanyak-banyaknya tentang konsep dan prinsip hidup minimalis ini, juga menerapkannya dalam mindset diri, itupun pelan-pelan. 

Sempat up and down juga ko, kadang masih terbawa nafsu inginnya, tapi sekarang tidak ke barang melainkan pada makanan, wkwk. Bawaannya pengen makan dan jajan terus... mungkin barang sudah sangat aware karena 5 alasan yang aku buat ketika memutuskan memulai hidup minimalis ini cukup kuat.

Baca Selengkapnya : 5 Alasan Memulai Hidup Minimalis

Namun sampai saat ini progresnya meninggat sih, alhamdulillah. Ditambah kini aku sudah mulai menjajah ke digital minimalist, mengikuti beberapa komunitas minimalis dan terus berproses dalam upaya belajar jadi minimalis ini. 

Nah, beberapa waktu lalu sempat mengobrol dengan salah satu teman lewat whatsapp. Ia mengungkapnya bahwa hectic, 'merasa penuh' banget dengan media sosial terutama twitter, karena dia aktif di twitter. Sampai sempet worry juga dengan postingannya sendiri, yang akhirnya dia hapus karena banyak respon pro dan kontra. Lalu kita berbincanglah soal puasa media sosial dan digital minimalis. Lalu temanku bertanya "Jadi konsep/prinsip minimalis itu gimana sih?"

Dari diskusi kami, aku jadi ingin menuliskannya disini. Selain menguatkan diri tentang hal yang sudah dipilih dan berusaha komitmen juga konsisten, mungkin saja banyak teman-teman yang akan memulai hidup minimalis namun tidak tahu harus dari mana. Kuncinya ya tetap dimulai dari Mindset, mindset apa saja yang perlu dibangun tentang hidup minimalis ini?

1. Apa yang Kita Punya Tidak Mencerminkan Diri Kita.

Bahwa apa yang kita miliki sama sekali tidak mencerminkan diri kita. Ya contohnya sekarang banyak yang ngebela-belain berhutang sana-sini demi gaya hidup. Agar terlihat punya rumah, punya mobil, atau punya bakaian bangus bahkan traveling. Namun, nyatanya? hidupnya sangat berbanding terbaik dengan apa yang ia coba tampulkan pada orang lain. Tujuannya? entahlah.. mungkin mencari pengakuan, penilaian orang lain yang hanya melihat fisik/materi? atau kepuasan dirinya?. 

Banyak juga yang sebenarnya dia mampu tapi memilih berpenampilan dan hidup yang sederhana. fokusnya lebih banyak ke 'produktifitas' diri, baik itu berbagi/investasi juga kemuliaan hidup. Siapa yang tidak kenal dengan Mark Zuckerberg, bos facebook ini adalah seorang konglomerat yang sukses di usia muda namun memilih hidup yang sederhana dengan istrinya. Ia seringnya hanya menggunakan kaos polos dan celana jeans diberbagai acara. Kita bisa saja menyangka bahwa ia hanya orang biasa jikalau hanya menilat penampilannya. Ini yang disebut bahwa apa yang kita pakai dan miliki sebenarnya tidak mencerminkan  siapa diri kita.

Salah satu postingan yang bikin jleb sih.

Bahwa barangkali yang kita anggap hidupnya biasa saja, nyatanya mereka memilih hidup yang luar biasa dengan menjaga kemuliaan hidupnya. 

Jadi apa yang mencerminkan diri kita? Ialah pemikiran dan sikap diri kita. 

2. Dapat Membedakan Keinginan dan Kebutuhan.

Seringnya diri merasa butuh akan banyak hal namun nyatanya itu hanya keinginan semata. Mampu membedakan keinginan dan kebutuhan adalah prinsip dasar jika akan memulai hidpu minimalis. Sebenarnya kita hanya butuh dan cukup 4 stel baju tidur (misalnya), namun karena melihat flashsale atau melihat trend baju tidur yang baru, kita jadi berfikir "sepertinya memang aku membutuhkannya". Padahal hanya emosi yang mendominasi, memaksa kita berfikir bahwa itu kebutuhan, padahal nyatnya hanya keinginan. 

Skill membedakan kebutuhan dan keinginan ini sangat perlu dilatih karena erat sekali dengan faktor emosi dalam diri. Salah satunya kita bisa membuat list sebelum berbelanja ke supermarket, kebutuhan apa yang akan dibeli dan komitmen dengan list yang dibuat. Jika tergiur dengan sesuatu bisa kembali bertanya pada diri "apakah saya butuh ini? apa urgensi-nya".

3. Kualitas bukan Kuantitas.

Minimalis lebih fokus pada fungsi, 1 barang dengan kualitas yang baik untuk pemakaian lebih lama lebih dipilih dibandingkan banyak barang dengan fungsi yang sama. Kualitas bukan kuantitas, bukan banyaknya melainkan sidikit dan seefisien mungkin pemakaiannya. Bahkan banyak yang memilih produk yang multifungsi. Dan sekarang kita sering lihat juga ya terutama pada furniture yang multifungsi, sofa bisa jadi ranjang, meja makan bisa dilipat sedemikian rupa sehingga meminimalisir ruang, dsb. 

4. Less Is More.

Sedikit barang kita lebih banyak waktu untuk melakukan hal produktif lain. Misalnya, terlalu banyak baju sampai bingung mau memakai baju apa. Lemari penuh, bahkan ada yang belum pernah dipakai dan kita tidak sadar, wkwk. 

Banyak pakaian = banyak cucian, banyak setrikaan. 

Banyak barang = banyak perawatan = banyak waktu, tenaga dan uang terbuang.

Kita lebih banyak memerlukan waktu, tenaga dan uang untuk berbenah atau merawatnya, dibandingkan memiliki sedikit barang. Less is more disini, memiliki sedikit barang artinya kita lebih banyak waktu luang, tenaga untuk produktivitas lain, lebih banyak uang yang bisa ditabung/investasi atau disedekahkan.

5. Merasa Cukup.

Minimalis erat kaitannya dengan rasa cukup. Ketika ada handphone keluaran terbaru yang lebih canggih dan bergengsi, lalu orang-orang berbondong-bondong membeli/ mengganti handphone mereka yang lama. Jika bertanya pada keinginan, tentu saja kitapun ingin mengganti dengan yang lebih baru, lebih canggih dan lebih bergengsi. Namun terlelai semua dengan kata Cukup. handphone-ku yang sekarang memiliki speak dan aplikasi yang cukup bahkan lebih dari cukup untuk mendukung/membantu pekerjaan/keseharianku dalam berkomunikasi online. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk aku harus mengganti handphone, karena yang ini-pun sudah Cukup.

Hidup minimalis ini sebenarnya sudah diajarkan Rasulullah Muhammad dari sejak dulu. Hidup sederhana dan berkecukupan, fokus pada produktifitas dan nilai-nilai hidup. Yang kembali menyadarkan diri adalah apa yang kita miliki akan ada pertanggungjawabannya kelak, jadi semakin banyak, ya semakin banyak yang akan ditanya, semakin lama juga hisab bagi diri kita. 

Comments

Post a Comment